TEMPO.CO, New York - Tak ada sehelai rambut pun yang tumbuh di tubuh tikus mole. Penampilannya yang telanjang itu membuat tikus tersebut tampak lemah dan ganjil. Namun tikus mole bugil (Heterocephalus glaber) ternyata kebal dari penyakit kanker yang mematikan.
Hewan pengerat bawah tanah asal Afrika itu juga mampu hidup sampai 30 tahun. Jika dibandingkan secara relatif dengan ukuran tubuh tikus mole bugil, manusia akan memiliki masa hidup hingga 600 tahun.
"Kejutan lainnya adalah tikus ini tidak pernah terkena kanker seumur hidupnya," kata Vera Gorbunova dari University of Rochester di New York, Amerika Serikat.
Seperti dikutip Newscientist, Gorbunova dan timnya menemukan petunjuk di balik kekebalan tubuh tikus mole bugil terhadap penyakit yang mematikan itu. Penemuan ini bisa mengarah pada pengobatan mutakhir berbagai penyakit.
Dalam penelitiannya, Gorbunova telah menemukan bahwa matriks ekstraseluler—selubung organik yang membungkus jaringan tubuh—pada tikus mole bugil banyak mengandung bahan penghambat pertumbuhan kanker.
Bahan ajaib itu adalah hyaluronan, jenis polisakarida yang berfungsi sebagai pelumas dalam tubuh. Pada tubuh tikus mole, molekul ini muncul dalam bentuk yang berat, yang dikenal sebagai high-molecular mass hyaluronan (HMM-HA).
Menurut Gorbunova, hewan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di bawah tanah ini awalnya mengembangkan HMM-HA untuk mempermudah pergerakan melewati terowongan. "Namun zat pelumas ini ternyata juga membantu melawan kanker," ujarnya.
Gorbunova memanipulasi jalur yang memicu penumpukan HMM-HA dalam sel tubuh tikus mole. Hasilnya, jaringan tubuh yang tidak kebagian molekul ajaib itu perlahan ditumbuhi sel tumor. Sedangkan jaringan normal lainnya bebas dari pembentukan tumor.
Masalahnya, kata Gorbunova, HMM-HA tidak serta-merta dapat diterapkan pada tubuh manusia untuk mengatasi kanker. Dalam jurnal Nature, ia menjelaskan manusia harus menjalani manipulasi semua sel dalam tubuh untuk dapat mengekspresikan molekul itu. "Ini sangat tidak praktis dan berbahaya," katanya.
Namun HMM-HA kemungkinan bermanfaat untuk mengobati penyakit lainnya. Rekan Gorbunova dalam penelitian ini, Chris Hine dari Harvard School of Public Health, mengatakan molekul itu bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan arthritis.
NEWSCIENTIST | NATURE | AMRI MAHBUB