Namun dia belum bisa apakah katak Indonesia ikut terpengaruh gelombang kepunahan massal itu. "Di Indonesia belum tahu seberapa banyak karena data base-nya tidak memadai," katanya dalam sebuah diskusi di Bandung, Jumat lalu.
Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung mengatakan studi reptil di Indonesia masih jauh tertinggal. Jika peneliti asing sudah pada tahap menghitung spesies katak yang punah, peneliti katak Indonesia baru mengumpulkan data jenis katak di seluruh daerah.
Sejauh ini jumlah katak di Indonesia tercatat 230 spesies, 150 jenis diantaranya tergolong satwa endemik atau khas di suatu daerah. Misalnya katak jenis Bombina toridae yang hidup di dalam sungai berarus deras di hulu Sungai Melawi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. "Diperkirakan ada 400-500 jenis (katak) di Indonesia," kata Djoko.
Katak Indonesia menyumbang hampir 10 persen jenis katak di seluruh dunia yang mencapai 6.000 spesies. Bentuk katak Nusantara amat beragam, mulai seukuran setengah kuku orang dewasa hingga katak terbesar, yang panjangnya 30 senti meter. Katak terkecil Oreophryne minuta ditemukan di Papua, sementara katak seukuran kaki orang dewasa yang dinamai Limnonectes blythii hidup di Sumatera Barat.
Penemu katak tanpa paru-paru Barbourula kalimantanensis di Kalimantan pada 1978 itu mengatakan kekayaan jenis katak di Indonesia sebenarnya bukanlah keuntungan melainkan beban pemerintah untuk menjaga warisan sumber daya hayati dunia. Sayangnya peneliti katak di tanah air masih langka sehingga tak mampu mengawasi reptil itu. "Ahli katak di Indonesia 50 (orang) saja kurang," ujarnya.
ANWAR SISWADI