Berbeda Dengan Tanaman Biofuel Lain, Tebu Mendinginkan Iklim  

Reporter

Editor

Senin, 25 April 2011 20:50 WIB

Tebu Mendinginkan Iklim
TEMPO Interaktif, Palo Alto - Daun serta batang tebu yang panjang dan langsing seperti bambu yang ditanam di Brasil ternyata dapat merefleksikan cahaya matahari kembali ke antariksa serta menurunkan temperatur di sekelilingnya. Hampir seperempat dari konsumsi bahan bakar kendaraan di Brasil berasal dari tanaman tebu. Penggunaan biofuel itu mengurangi emisi karbon dioksida yang biasa dilepaskan kendaraan berbahan bakar bensin.

Temuan studi baru ini mengklarifikasi temuan studi pada 2008, yang menyatakan proses produksi biofuel justru melepas lebih banyak gas rumah kaca, yang menjadi pemicu pemanasan global. Dua studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science itu menyimpulkan bahwa konversi lahan untuk menanam jagung, tebu sebagai bahan baku bioetanol, atau sawit dan kedelai untuk biodiesel, melepas karbon antara 17 dan 420 kali lebih banyak jika dibanding jumlah karbon yang dihemat dari pergantian bahan bakar fosil.

Kini para ilmuwan dari Department of Global Ecology, Carnegie Institution, di Palo Alto, Amerika Serikat, menemukan bahwa tanaman tebu mempunyai manfaat ganda. Perluasan kebun tebu di lahan yang sebelumnya ditanami tanaman pangan Brasil lainnya terbukti menyejukkan iklim lokal di sekitarnya. Tanaman itu tak hanya merefleksikan cahaya matahari kembali ke antariksa, tapi juga menurunkan temperatur udara sekitarnya ketika tebu "mengembuskan" air yang lebih dingin.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change itu adalah riset pertama yang mengukur efek langsung perluasan ladang tebu di lahan pertanian pangan dan padang rumput cerrado atau savana di Brasil Tengah terhadap iklim. Tim riset yang dipimpin Scott Loarie dari Carnegie Institution tersebut menggunakan data dari ratusan citra satelit yang mencakup lahan seluas 733 ribu mil persegi, sebuah kawasan yang lebih luas dibanding Negara Bagian Alaska.

Mereka mengukur temperatur, reflektivitas, serta evapotranspirasi, atau hilangnya air dari tanah dan tanaman ketika mereka mengeluarkan uap air. "Kami menemukan bahwa pergeseran dari vegetasi alami menjadi lahan pertanian atau padang penggembalaan menghasilkan pemanasan lokal karena tanaman hanya melepaskan sedikit air yang bermanfaat," kata Loarie. "Tapi tanaman tebu yang mirip bambu jauh lebih reflektif dan memberikan jauh lebih banyak air, hampir sama dengan vegetasi alami."

Penanaman tebu sebagai sumber bahan bakar hayati berpotensi memberikan solusi saling menguntungkan bagi iklim. "Menggunakan tebu untuk menghasilkan bahan bakar kendaraan mengurangi emisi karbon, sedangkan menanam tebu menurunkan temperatur udara setempat," ujarnya.

Para ilmuwan menemukan bahwa konversi lahan dari vegetasi alami yang menjadi padang rumput atau tanaman pertanian rata-rata menaikkan temperatur di cerrado sebesar 1,55 derajat Celsius. Namun konversi selanjutnya yang menjadi perkebunan tebu justru menyejukkan udara di sekitarnya dengan menurunkan suhu 0,93 derajat Celsius.

Para ilmuwan menekankan bahwa efek yang menguntungkan ini hanya terlihat pada kebun tebu yang ditanam di lahan yang sebelumnya digunakan sebagai lahan pertanian atau padang rumput, bukan di daerah yang sebelumnya merupakan hutan atau vegetasi alami.

Selama ini perdebatan tentang efek ekosistem pada iklim hanya mempersoalkan dampak emisi gas rumah kaca. "Sekarang makin jelas bahwa efek langsung iklim terhadap iklim setempat yang berasal dari penggunaan lahan cukup signifikan sehingga harus dipertimbangkan sebagai elemen inti perubahan iklim akibat kegiatan manusia," kata Gregory Asner dari Department of Global Ecology, Carnegie Institution.

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya