TEMPO Interaktif, Syracuse - Di alam, kodok liar asal Tanzania ini tak ditemukan lagi. Kerusakan habitat membuat kodok kecil ini sudah punah di alam. Namun campur tangan peneliti biologi konservasi berhasil mengembangbiakkan binatang amfibi itu di laboratorium.
Kisah kodok spray kihansi ini berawal dari proyek konstruksi bendungan hidroelektrik di Sungai Kihansi, yang membelah Tanzania pada 1996. Ketika itu peneliti menemukan kodok kecil yang hidup di batuan tebing yang menciptakan air terjun setinggi 900 meter. Belakangan diketahui bahwa kodok ini hidup di daerah vertikal basah yang dihasilkan oleh cipratan air terjun.
Warna kulit kodok kihansi merupakan perpaduan antara kuning dan putih pucat. Isi perut kodok bisa terlihat jelas lantaran kulit perut binatang ini sedikit transparan.
Ukuran yang kecil membuat binatang ini hanya berbobot beberapa gram. Reproduksi kodok tersebut dilakukan melalui proses melahirkan, bukan bertelur. Induk kodok selalu membawa bayinya di belakang punggungnya.
"Spesies ini sangat unik dan endemik," ujar James Gibbs, ahli biologi konservasi dari SUNY College of Environmental Science and Forestry (ESF), Syracuse, New York, Amerika Serikat. "Kodok ini adalah binatang vertebrata berkaki empat dengan luas hunian terkecil di dunia."
Pembangunan bendungan menyebabkan berkurangnya debit air yang mengaliri sungai. Akibatnya, air terjun nyaris berkurang drastis, sehingga menyebabkan penurunan populasi kodok.
Upaya menyelamatkan populasi kodok dilakukan dengan memindahkan 500 ekor hewan tersebut ke Kebun Binatang Bronx, New York. Namun di tempat barunya, kodok ini sulit bertahan hidup sehingga jumlah individu yang bertahan hidup menyusut.
Sebagian individu yang masih hidup dipindahkan ke Kebun Binatang Toledo di Ohio. Di tempat ini, peneliti membiakkan 50 kodok. Dalam waktu singkat, jumlah kodok berkembang pesat. Pemerintah Tanzania mendatangi peneliti dan meminta agar binatang ini dikembalikan ke habitatnya.
Namun Gibbs dan timnya enggan memenuhi kemauan pemerintah Tanzania. Menurut mereka, harus dilakukan penelitian terhadap habitat asli kodok kecil ini. Kehadiran jamur patogen chytrid di lokasi asalnya bisa mengancam kodok kecil tersebut. "Kami tidak ingin kodok kembali ke habitatnya tapi menderita," ujar Gibbs.
LIVESCIENCE | ANTON WILLIAM
Berita terkait
Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua
17 Januari 2024
Di Papua ada kanguru yang bentuknya mirip beruang. Alih-alih suka melompat seperti kanguru darat, dingiso lebih banyak habiskan waktu di pohon.
Baca Selengkapnya10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat
17 Januari 2024
Tidak semua kanguru suka melompat. Di Papua ada kanguru pandai memanjat yang hidup di pohon.
Baca SelengkapnyaRaline Shah Dituding Koleksi Satwa Langka, Disamakan dengan Karakter Petualangan Sherina 2
1 November 2023
Raline Shah dan keluarganya diduga memburu serta memelihara satwa langka. Netizen ramai tunjukkan bukti jejak digital.
Baca SelengkapnyaAkibat Dua Singa Berkelahi, Taman Safari Indonesia Prigen Jadi Kondang
16 Februari 2023
Dua ekor singa berkelahi hingga menabrak sebuah mobil Yaris merah di Taman Safari Indonesia Prigen, Jawa Timur menjadi sorotan belum lama ini.
Baca SelengkapnyaAnoa Telah Ditemukan Kembali di Hutan Sulawesi, Warga Diminta Menjaga
20 Januari 2023
Taman Hutan Raya Sinjai pastikan keberadaan anoa setelah menghilang 20 tahun lewat kamera intai. Perlu studi lanjutan untuk hitung populasi.
Baca SelengkapnyaJurong Bird Park di Singapura Ditutup Setelah 52 Tahun Beroperasi, 3.500 Burung Langka Direlokasi
9 Januari 2023
Jurong Bird Park yang dikelola Mandai Wildlife Reserve merupakan taman burung terbesar di Asia dan melindungi banyak satwa langka.
Baca SelengkapnyaBBKSDA Sita Sejumlah Satwa Langka dari Rumah Bupati Langkat
25 Januari 2022
BBKSDA mendapatkan informasi kepemilikan satwa langka oleh Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana dari KPK usai mengeledah rumah yang bersangkutan
Baca SelengkapnyaKSDA Agam Terima Kura-kura Kaki Gajah Langka
1 September 2021
Resor KSDA Agam akan segera melepaskan kembali kura-kura kaki gajah langka itu ke habitatnya.
Baca SelengkapnyaSinga Jantan yang Viral di TikTok Diselamatkan Otoritas Kamboja
1 Juli 2021
Petugas Kamboja menggerebek rumah di Phnom Penh untuk menyelamatkan seekor singa berusia 18 bulan yang telah dicabut taring dan cakarnya.
Baca SelengkapnyaPopulasi Elang Jawa di Taman Burung TMII Bertambah, Satu Telur Menetas
12 Juni 2021
Setelah 7 Tahun, Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhirnya berhasil menetaskan telur elang Jawa.
Baca Selengkapnya