TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengumumkan laporan terjadinya badai matahari yang berpengaruh terhadap medan magnet Bumi.
"Pada 7-8 Maret 2012, terjadi badai matahari sehingga mempengaruhi medan magnet Bumi dan sampai dengan 9 Maret masih berlangsung," tulis BMKG dalam lamannya, Sabtu, 10 Maret 2012.
Badan tersebut melakukan pengamatan melalui tiga stasiun BMKG yang terdiri atas Stasiun Geofisika Kupang, Stasiun Geofisika Manado, serta Observatorium Pelabuhan Ratu.
Badai matahari yang mengeluarkan radiasi magnet tersebut, diakui BMKG, telah mengubah variasi harian serta perubahan medan magnet Bumi dengan rata-rata sekitar 50-100 nT. "Badai magnet dapat mempengaruhi sistem komunikasi," tulis laporan tersebut.
BMKG menjelaskan medan magnet utama Bumi berasal dari dua sumber. Pertama dari dalam Bumi dan dapat berubah seiring waktu. Sedangkan yang kedua--medan magnet luar--bersumber dari luar planet Bumi dan merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet matahari.
"Sumbangan medan magnet luar terhadap medan magnet Bumi hanya sebesar kira-kira satu persen dari medan total," tulis BMKG.
Matahari yang memancarkan arus tetap terdiri dari proton dan elektron serta menjalar dengan kecepatan supersonik sehingga menimbulkan angin matahari.
"Angin tersebut berinteraksi secara kuat dengan medan magnet Bumi yang menyebabkan badai magnetik sehingga nilai medan magnet Bumi mengalami perubahan," lapor BMKG.