TEMPO.CO , Toronto - Semua orang sependapat bayi adalah sosok yang lucu dan menggemaskan. Tapi, hasil penelitian University of Toronto menunjukkan bayi kehilangan wajah lucunya pada usia 4 tahun 6 bulan.
Fakta ini diperoleh dari tiga ahli psikologi setelah mendapat masukan dari 60 orang sukarelawan dewasa. Mereka menyerahkan banyak sampel foto wajah bayi baru lahir hingga anak usia 6 tahun 6 bulan kepada sukarelawan untuk dinilai.
Penilaian didasarkan pada dua hal: seberapa besar kesukaan sukarelawan terhadap wajah pada foto dan seberapa menarik wajah bayi. Jawaban yang dikumpulkan kemudian dipakai untuk memperkirakan pada umur berapa bayi kehilangan wajah menggemaskan mereka.
"Orang dewasa menilai anak yang lebih muda lebih disukai dan menarik," kata Kang Lee dari Institute of Child Study, University of Toronto, kepada Sciencedirect. "Setelah berusia 4 tahun 6 bulan, penilaian tersebut sudah tak berlaku."
Menurut Lee, wajah lucu bayi karena mereka masih mengalami pertumbuhan tulang tengkorak. Selama kurun waktu itu struktur wajah bayi memperlihatkan mata yang membulat, kepala yang besar, dibandingkan hidung dan bibir yang kecil. Selama pertumbuhan, wajah kanak-kanak yang menggemaskan perlahan menghilang hingga usia 4 tahun 6 bulan.
TIME | ANTON WILLIAM
Berita Lainnya:
Jadi Calon Wali Kota Terbaik, Apa Kata Jokowi?
Jokowi Kandidat Wali Kota Terbaik di Dunia
Dua Cerita Lucu Jokowi
Demi Anak-Anak, Julia Roberts Tak Mau Botox
'Nama Saya Dahlan Iskan, Bukan 'Menteri''
Tips Posisi Duduk yang Benar
8 Kota Terbaik di Dunia untuk Liburan Keluarga
Pedagang Bakpia Yogya Protes Pelarangan Bus Wisata
8 Benda di Rumah Yang Jarang Dibersihkan
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
30 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya