TEMPO.CO, Jakarta--Kelestarian ekosistem danau di Indonesia semakin terancam. Tercatat ada 15 danau yang mengalami tingkat kerusakan kritis dan menjadi prioritas permasalahan lingkungan yang harus segera ditangani.
"Danau-danau ini dipilih berdasarkan kritisnya tingkat kerusakan dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat sekitar," kata Kepala Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Tri Widiyanto, Senin 16 Juli 2012.
Danau-danau kritis itu antara lain Danau Toba di Sumatera Utara; Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat; Danau Kerinci di Jambi; Rawa Danau di Banten, Danau Rawapening di Jawa Tengah; Danau Batur di Bali; Danau Tempe dan Danau Matano di Sulawesi Selatan; Danau Poso di Sulawesi Tengah; Danau Tondano di Sulawesi Utara; Danau Limboto di Gorontalo; Danau Sentarum di Kalimantan Barat; Danau Cascade Mahakam-Semayang, Danau Melintang, dan Danau Jempang di Kalimantan Timur; dan Danau Sentani di Papua.
"Setiap danau memiliki karakteristik berbeda-beda sehingga perlu penanganan yang spesifik untuk setiap tipe danau," kata Tri.
Ia mengatakan, 15 danau kritis tersebut ditetapkan pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I pada 2009 di Bali. Dalam konferensi juga disepakati untuk menjadikan danau-danau tersebut sebagai danau prioritas periode 2010-2014.
Setidaknya ada 6 kriteria penilaian untuk menentukan danau prioritas. Pertama, kerusakan danau yang meliputi sedimentasi, pencemaran, eutrofikasi, penurunan kualitas dan kuantitas air yang tinggi. Kedua, pemanfaatan danau yang beragam, antara lain untuk pembangkit listrik, pertanian, perikanan (budidaya keramba), air baku, nilai religi dan budaya, pariwisata, serta kondisi masyarakat di sekitar danau.
Ketiga, komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan danau. Keempat, fungsi strategis danau. Kelima, kandungan biodiversitas di sekitar lingkungan danau, misal, adanya spesies ikan endemik, burung, dan vegetasi. Keenam, nilai penting karbon terkait pengaruh perubahan iklim global.
Tri mengatakan, pengelolaan danau yang tidak berkelanjutan dapat menimbulkan berbagai persoalan, antara lain bencana kematian massal ikan, pencemaran, banjir, kekeringan dan berpotensi memicu konflik sosial masyarakat.
"Perlu kearifan dan landasan kajian ilmiah yang komprehensif dalam pengelolaan maupun pemanfaatan danau," kata Tri. Selain itu diperlukan pula kajian mitigasi bencana dan peran serta masyarakat dalam menjaga pelestarian danau di Indonesia.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita lain:
Ini Hewan Paling Terancam Punah
Ekstrak Tembakau, Senjata Pamungkas Basmi Ulat
Memilih Pasangan Lewat Kecocokan Gen
Kata Wozniak Soal Pertarungan iOS dan Android
Steve Wozniak Bertandang ke Jakarta
Kutu Air Ini Diberi Nama Bob Marley
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya