TEMPO.CO , Jakarta - I Gede Wenten tak menyangka namanya bakal dikenal hingga belahan benua Eropa. Anak nelayan dari Desa Pengastulan, Kabupaten Bali ini berhasil menemukan cara baru filtrasi bir dengan memakai selaput membran.
Wenten awalnya tidak berniat kuliah. "Saya cuma menemani seorang teman mendaftar ujian saringan masuk perguruan tinggi di Malang," katanya seperti dikutip dalam Majalah Tempo edisi 13 Agustus 2012.
Berbekal formulir pendaftaran yang dibelikan orang tua temannya, Wenten diterima di Jurusan Kimia Instistut Teknologi Bandung pada 1982. Itulah titik tolak yang mengantarkan Wenten dari kehidupan desa ke perguruan tinggi dan dunia penelitian.
Lulus ITB, Wenten kemudian melanjutkan studinya di Denmark Tecnology University, Kopenhagen. Setelah meraih gelar master bioteknologi pada 1990 sekaligus program doktor teknik kimia pada 1995 di sana, dia berhasil menemukan cara baru filtrasi bir memakai selaput membran.
Dengan membran ciptaannya, mutu protein bir terjaga dan limbah produksi pabrik bir tak lagi mencemari lingkungan. Media Eropa menyebut penemuan itu sebagai revolusi terbesar bagi industri bir dalam 50 tahun terakhir. Dia pun dianugrahi Suttle Award dari Fitraion Society, Inggris, karena temuannya ini.
Teknologi membran yang dikembangkan Wenten banyak diaplikasi di kehidupan sehari-hari. Ia menciptakan pompa kompak yang bisa menyaring air kotor menjadi bersih. Pompa ini pernah dipakai saat bencana tsunami melanda Aceh pada 2004. "Sekotor apapun airnya, dengan memakai pompa membran, airnya dapat diminum," kata Wenten.
Membran ciptaan Wenten juga bisa dipakai untuk memproduksi air di industri minyak dan gas, cuci darah di dunia kedokteran, menyaring kelapa sawit atau minyak goreng, mengekstrasi temu lawak, memisahkan kondesat dari gas, menyaring oli bekas agar bisa dipakai kembali, serta bisa digunakan untuk menyaring air laut dalam sehingga menghasilkan produk sampingan berupa garam.
Ketekunan dan kerja keras Wenten tak lepas dari tempaan masa kecil di Pengastulan. Ayahnya, Made Sarta (almarhum), seorang nelayan. Ibunya, Ni Ketut Telaga, sewaktu masih hidup bekerja sebagai pedagang kaki lima. Dia bungsu dari sebelas bersaudara.
RINA WIDIASTUTI
Berita lain:
10 Tokoh Penemu Nasional Versi Majalah Tempo
Cara Menghindari Penipuan Online
Google Doodle, Siapakah Penciptanya?
Ditemukan Hiu Purba Berusia 270 Tahun
Arkeolog Ini Temukan Piramida via Google Earth
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya