Jagung Bisa Jadi Obat Jantung dan Otak  

Reporter

Editor

Pruwanto

Jumat, 21 September 2012 19:04 WIB

Jagung Rebus. wikipedia.org

TEMPO.CO, Burnaby-Tim ilmuwan dari Kanada dan Australia berhasil menumbuhkan obat penyakit genetik langka di dalam tanaman jagung. Terobosan baru di bidang kesehatan ini menawarkan cara lebih murah untuk menggeser pengobatan berbiaya tinggi yang menelan ratusan ribu dolar per tahun untuk setiap pasien.

Langkah ini juga menandai hal baru di bidang pertanian molekuler. Kelak, obat hasil rekayasa bioteknologi yang kompleks dapat diproduksi secara massal di dalam tubuh tanaman ketimbang dibikin pabrik.

"Jagung transgenik yang kami rekayasa dapat mensintesis alpha-L-iduronidase, enzim yang digunakan untuk mengobati mucopolysaccharidosis I," ujar para ilmuwan, Jumat, 21 September 2012.

Mucopolysaccharidosis I (MPS I) adalah penyakit yang menyebabkan kerusakan progresif pada jantung, otak, dan organ tubuh bagian dalam lainnya. Penyakit ini berpotensi melemahkan kondisi tubuh penderitanya.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications ini masih pada tahap awal, dan tanaman jagung penghasil obat belum dipanen untuk diuji klinis. "Pengobatan dengan metode ini perlu bertahun-tahun untuk mencapai pasar," ujar para ilmuwan, seperti dikutip Reuters.

Meskidemikian, penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Simon Fraser University, Kanada, ini merupakan langkah maju yang signifikan. Alasannya, penelitian menunjukkan cara memproduksi molekul yang dapat diterima oleh sistem kekebalan tubuh manusia, tanpa efek samping berbahaya.

MPS I adalah satu dari lusinan gangguan penyimpanan lisosomal. Bersama penyakit fabry and gaucher, MPS I dapat diobati dengan terapi penggantian enzim. Pengobatan penyakit ini sebelumnya ditangani oleh perusahaan-perusahaan besar, seperti Genzyme dan Shire.

Biaya produksi obat pengganti enzim sangat mahal, karena harus dibuat dalam kultur sel mamalia yang ditaruh di tangki antikarat. Dalam kasus MPS I, pengobatan dengan Aldurazyme--salah satu obat pengganti enzim--dari perusahaan Genzyme dan BioMarin menelan biaya US$ 300 ribu setahun untuk anak-anak, dan lebih mahal lagi untuk orang dewasa.

"Tanaman transgenik bisa menjadi alternatif yang hemat biaya dan aman," ujar para peneliti.

Beberapa perusahaan besar telah mencari cara untuk membuat obat dari protein kompleks dalam tanaman, tetapi pertanian molekuler belum menghasilkan produk komersial.

Produk paling mendekati adalah obat penyakit gaucher yang diproduksi perusahaan Israel, Protalix BioTherapeutics dan Pfizer. Obat tersebut diproduksi dalam kultur sel wortel--bukan di seluruh bagian tanaman--dan telah disetujui untuk dijual di Amerika Serikat pada Mei lalu.

REUTERS | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita Terpopuler
Ganja Mampu Hentikan Penyebaran Kanker Ganas?

Jejak Manusia Purba di Maroko

iPhone 5 Paling Mudah Diperbaiki

Bagaimana Lebah Madu Berbagi Peran

LIPI Kekurangan 1.500 Peneliti Baru







Advertising
Advertising

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya