Kebiri Membuat Pria Berusia Lebih Panjang  

Reporter

Selasa, 25 September 2012 16:54 WIB

AP/Heng Sinith

TEMPO.CO, Incheon - Mungkin tak banyak pria yang bersedia menjalani strategi memperpanjang usia ini, tetapi riset ilmuwan Korea membuktikan bahwa kasim atau pelayan pria yang dikebiri hidup lebih lama dibanding pria yang tidak dikastrasi.

Temuan ini dilandasi studi sejarah terhadap kasim Korea, lelaki yang testisnya diangkat untuk memperoleh posisi tinggi dalam hierarki istana. Usia mereka dapat jauh melampaui pria yang tak dikebiri hingga 20 tahun. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Current Biology edisi 25 September 2012.

Di dunia binatang, kastrasi cenderung memperpanjang rentang usia, kemungkinan karena hormon seks pria tidak baik bagi kesehatan. Testosteron diketahui dapat menekan sistem imun, juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.

Namun, pada manusia, hasilnya bervariasi. Sebuah studi terhadap pasien di rumah sakit jiwa menemukan bahwa kastrasi dapat membuat seseorang berumur lebih panjang. Sebaliknya, studi pada penyanyi pria tidak menunjukkan adanya perbedaan rentang usia.

Beberapa peneliti berteori bahwa efek testosteron mungkin merupakan alasan mengapa perempuan rata-rata hidup lebih lama dibanding pria. Riset lain mengajukan alasan genetik untuk menjelaskan perbedaan rentang usia tersebut.

Dalam studi terbaru ini, peneliti Inha University di Incheon, Korea Selatan, Kyung-Jin Min dan koleganya, menelusuri catatan sejarah Dinasti Chosun (Joseon) Korea, yang berkuasa 1392 hingga 1910. Hingga 1894, kastrasi adalah jalan bagi pria yang ingin memperoleh kekuatan politik dan kehormatan dalam dinasti.

Kasim dapat mencapai jabatan tinggi, menikah, dan mengadopsi anak perempuan atau lelaki yang juga dikebiri untuk memelihara silsilah keluarga. Selain anggota keluarga kerajaan, pria yang boleh menginap di istana hanyalah para kasim. Mereka dianggap lebih loyal dan tidak berupaya membentuk dinasti keluarganya sendiri karena tidak memiliki keturunan langsung.

Dengan membandingkan silsilah para kasim dan keluarganya pada tahun 1805 dengan dokumen pengadilan, Min dan timnya dapat mengetahui rentang usia 81 kasim. Data itu dibandingkan dengan rentang usia pria yang tak dikebiri, yang memiliki status sosioekonomi serupa yang hidup di masa itu, yaitu anggota dari tiga keluarga terkemuka yang bekerja sebagai tentara atau pejabat sipil.

Rentang usia rata-rata kasim istana Korea sekitar 70 tahun, plus-minus sekitar satu tahun sembilan bulan. Itu berarti 14 hingga 19 tahun lebih panjang daripada usia rata-rata pria tak dikebiri, yang cenderung hidup antara 50 hingga 55 tahun.

Perbedaan usia kasim dan pria tak dikebiri ini tak dapat dijelaskan oleh kehidupan di istana yang serba nyaman. Sebagian besar kasim hidup di luar istana dan hanya pergi ke istana bila sedang bertugas. Pria anggota keluarga kerajaan yang menghabiskan seluruh waktunya di istana justru berusia paling pendek, rata-rata 45 hingga 47 tahun.

“Temuan ini menambah petunjuk penting untuk memahami mengapa ada perbedaan rentang usia antara pria dan perempuan,” kata Kyung-Jin Min.

LIVESCIENCE | TJANDRA

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

31 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya