Ternyata Ada Salju di Planet Venus

Reporter

Editor

Grace gandhi

Selasa, 2 Oktober 2012 08:17 WIB

Foto: SPACE.COM

TEMPO.CO, Paris - Spot ini mungkin salju di Venus. Meskipun salju ini tidak tersusun dari air, melainkan dari karbon dioksida atau es kering. Badan Antariksa Eropa, melalui satelit Venus Express, telah memata-matai wilayah dingin yang mengejutkan itu di atmosfer Venus.

Planet kedua dari susunan tata surya galaksi Bima Sakti ini memiliki atmosfer tebal yang penuh dengan karbon dioksida dan permukaan planetnya yang panas. Dan memberikan gambaran Venus sebagai planet yang tidak bersahabat. Namun, dalam analisis baru berdasarkan pengamatan selama lima tahun menggunakan ESA Venus Express, para ilmuwan telah menemukan sebuah lapisan dingin. Lapisan tersebut bersuhu -175 derajat Celsius di atmosfer planet, dengan jarak 125 kilometer dari permukaan planet.

Wilayah dingin itu sangat menarik. Jika dibandingkan dengan Bumi, letak Venus justru lebih dekat dengan matahari.

Penemuan ini dilakukan dengan mencermati cahaya matahari yang menembus atmosfer planet untuk menghitung konsentrasi karbon dioksida di berbagai ketinggian sepanjang garis pengamatan. Berbekal informasi mengenai konsentrasi karbon dioksida dan data tekanan atmosfer pada beberapa ketinggian tertentu, para peneliti bisa menghitung suhu yang sesuai.

"Karena suhu di beberapa variasi ketinggian terhitung di bawah temperatur beku karbon dioksida, maka kami percaya bahwa molekul gas itu menjadi es di sana," ujar Arnaud Mahieux dari Space Aeronomy Institut Belgia, yang sekaligus menjadi pemimpin penelitian ini.

Awan es karbon dioksida atau partikel salju memang sangat reflektif. Artinya, terlihat lebih terang dibanding sinar matahari normal yang menimpa lapisan atmosfer lainnya. Meski Venus Express mengamati daerah yang sangat terang itu, bisa jadi wilayah ini mendapat gangguan atmosfer lain. "Kami perlu berhati-hati mencermati ini," ujar Mahieux.

Penelitian ini juga menemukan lapisan dingin itu terjepit di antara dua lapisan yang relatif hangat. Profil suhu pada wilayah siang dan sisi malam di ketinggian di atas 120 kilometer sangat berbeda.

Model yang dipakai dapat memprediksi profil yang diamati. Namun penelitian lebih lanjut harus dilakukan dengan memeriksa peran unsur atmosfer lain, seperti karbon, nitrogen monooksida, dan oksigen, yang lebih dominan dibandingkan karbon dioksida di atas ketinggian itu. "Temuan ini baru dan istimewa. Sebab, kami tidak melihat profil temperatur yang sama sepanjang garis pengamatan di atmosfer Bumi maupun Mars, yang memiliki komposisi kimia dan kondisi suhu yang berbeda," ujarnya.

DAILYMAIL | ISMI WAHID

Terpopuler:

Apple Cabut Klaim Peta Paling Hebat

Penjara bagi Pengunduh File Bajakan di Jepang

Gara-gara iPhone 5, Pejabat Taiwan Panen Cibiran

Otak Einstein Dihargai Rp 95 Ribu

Sibuk SMS-an, Perempuan Ini Terperosok ke Jurang

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

43 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya