TEMPO.CO, Jakarta - Samurai Jepang dikenal rela mati di setiap pertempuran. Namun, siapa menyangka, keturunan prajurit elite Samurai ini hancur dan takluk oleh kosmetik di zamannya. Para peneliti telah menemukan anak-anak dari kelas Samurai menderita keracunan timbal yang sangat parah. Penyebabnya adalah kosmetik yang digunakan oleh ibu-ibu mereka pada zaman itu.
Keracunan ini membuat mereka dibesarkan dalam keadaan cacat fisik, bahkan menderita kemunduran mental. Beberapa studi mengklaim bahwa dampak cacat fisik dan mental ini menjadikan mereka tak mampu mengatasi krisis politik yang mengarah pada ketidakstabilan hingga jatuhnya sistem feodal kerajaan.
Ilmuwan Tamji Nakashima dari Japan's University of Occupational and Environmental Health mempelajari tulang anak-anak maupun dewasa keturunan Samurai. Ia hendak mencari penyebab kematian para prajurit elite itu.
Seperti yang dikutip dari majalah Jerman Der Spiegel, berdasarkan analisis kimia dan sinar-X, tulang-tulang anak-anak Samurai tersebut mengandung kadar timbal puluhan kali lebih tinggi dari orang dewasa lelaki maupun perempuan. "Nilai rerata untuk anak-anak usia 3 tahun dan di bawah itu malah lima puluh kali lebih tinggi dibandingkan ibu mereka," kata Nakashima.
Penyebabnya adalah bubuk putih untuk wajah yang digunakan oleh para wanita pada masa itu. "Selama periode Edo, kosmetik menjadi populer dan digemari. Biasanya diperkenalkan oleh aktor, pelacur, dan geisha," kata para peneliti. Bedak putih yang digunakan pada masa itu terbuat dari klorida merkuri dan timah putih. Kandungan timah pada tulang wanita dewasa diketahui dua kali lipat dibandingkan dengan lelaki dewasa.
"ASI mereka cenderung sudah terkontaminasi. Ini mengarah ke tingkat timbal yang sangat parah pada anak-anak muda," ujar para peneliti. Analisis mereka dari tulang tersebut, jika tak mengalami kematian pada usia muda, kemungkinan mereka menderita gangguan intelektual yang parah.
"Kami berasumsi bahwa kosmetik wajah adalah salah satu sumber utama paparan timbal di kalangan kelas Samurai, karena kemewahannya pada saat itu," kata Nakashima. Menurutnya, orang-orang kelas bawah, seperti petani dan nelayan, justru tidak menggunakan kosmetik karena hukum melarang mereka menggunakannya.
DAILY MAIL | ISMI WAHID
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya