TEMPO.CO, Pasadena - Jejak air di bawah tanah Mars membuat tim ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengalihkan fokus penelitian dari permukaan tanah. Kini, mereka memusatkan perhatian pada apa pun di bawah tanah Planet Merah.
Mereka bisa meneliti batuan hasil erosi di perut Mars, dampak asteroid, ataupun bahan yang dihasilkan oleh cairan bawah tanah yang telah membuncah ke permukaan.
Namun, tim ilmuwan terhadang persoalan teknis. Menembus tanah merah Mars ternyata bukan perkara gampang. Tim ilmuwan saat ini belum memiliki cara untuk mengebor jauh ke bawah tanah.
Tim ilmuwan tak hilang akal. Langkah pertama untuk mengatasi persoalan itu yakni menelusuri dasar Kawah McLaughlin. Tempat ini tercatat sebagai titik terendah permukaan Mars.
"Cadangan air bawah tanah kemungkinan besar akan dijumpai di tempat ini," ujar ilmuwan NASA, Joseph Michalski, Selasa, 22 Januari 2013.
Tim ilmuwan berfokus pada Kawah McLaughlin karena merupakan salah satu dari beberapa kawah terdalam di Mars. Kedalaman kawahnya mencapai 2,2 kilometer dan terletak di belahan bumi utara Mars.
Komposisi mineral di lantai Kawah McLaughlin menunjukkan tempat itu dulunya bekas danau kuno. Saluran air yang terlihat di dinding timur sekitar 500 meter dari lantai kawah juga mengisyaratkan kehadiran bekas permukaan danau.
Michalski mengatakan, penelusuran jejak air bawah tanah bertujuan untuk membuktikan gagasan yang menyebutkan air bawah tanah dulunya kerap menembus hingga permukaan di banyak lokasi di Mars. "Ada bukti yang kuat di kawah ini yang menunjukkan fenomena itu," katanya. (Buka wawasan dengan baca berita iptek terkini di sini).
SPACE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terkait
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa
48 hari lalu
Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.
Baca SelengkapnyaRaih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda
27 November 2023
Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.
Baca SelengkapnyaBRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaMembuka Jalan untuk Gibran
26 September 2023
Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.
Baca SelengkapnyaKepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan
21 September 2023
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.
Baca SelengkapnyaMisi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?
27 April 2023
Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaSejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia
17 Januari 2023
Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.
Baca SelengkapnyaAS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa
9 Desember 2022
China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko
Baca SelengkapnyaBRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti
30 November 2022
Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15
3 Agustus 2022
Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.
Baca Selengkapnya