Fosil Nenek Moyang Unta Ditemukan di Kutub Utara

Reporter

Rabu, 6 Maret 2013 18:09 WIB

Ilustrasi unta kuno. ottawacitizen.com

TEMPO.CO, London - Unta dikenal sebagai hewan yang mampu bertahan hidup dalam kondisi panas dan kering yang ekstrem di padang pasir. Tetapi sebuah studi menunjukkan bahwa hewan berpunuk ini pernah hidup dan berkembang di iklim dingin. Hal itu dketahui setelah para ilmuwan menggali sisa-sisa fosil dari spesies unta raksasa di Canada High Arctic.

Dari temuan itu, mereka melakukan analisis protein dalam tulang. Hasilnya, mahkluk itu hidup sekitar 3,5 juta tahun lalu, dan dianggap sebagai nenek moyang spesies unta pada saat ini. "Yang menarik adalah lokasi penemuan ini," kata Dr Mike Buckley, penulis studi dari Universitas Manchester. "Ini adalah bukti lokasi paling utara untuk kehidupan unta."

Sekitar 3,5 juta tahun lalu, bumi tengah mengalami pertengahan era Pliosen Epoch atau periode hangat sejarah bumi. Kala itu, hidup di wilayah Arktik masih membutuhkan ketangguhan tubuh. Artinya, unta kuno harus menghadapi musim dingin yang panjang dan ekstrem dengan suhu anjlok di bawah titik beku. Apalagi terjadi badai salju pada bulan-bulan kegelapan abadi di wilayah itu. "Kini, daerah kutub telah tertutup oleh hutan," tulis peneliti dalam penelitian yang diterbitkan Jurnal Nature Communications itu.

Beberapa waktu lalu, para ilmuwan menemukan bahwa unta berkembang di Amerika Utara. Usia paling awal makhluk ini sekitar 45 juta tahun yang lalu. Namun, mereka terkejut ketika menemukan fosil spesies unta di daerah lintang tinggi.

Selama tiga ekspedisi, dimulai pada 2006, peneliti Canadian Museum of Nature telah mengumpulkan 30 fragmen fosil tulang kaki dari Pulau Ellesmere, Kanada. Ukuran mereka menunjukkan, hewan itu 30 persen lebih besar dari unta zaman sekarang. Fosil yang ditemukan itu berukuran sekitar 2,7 meter dari kaki ke bahu.

Untuk menyelidiki lebih lanjut, tim memakai kolagen dari fosil, yaitu protein yang mendominasi tulang. Kemudian dibandingkan dengan kolagen fosil lain dan hewan modern. "Biomolekul ini memberitahukan bahwa fosil yang ditemukan adalah nenek moyang langsung dari unta modern," kata Buckley.

Temuan ini memberi wawasan baru dalam evolusi hewan. Para ilmuwan percaya bahwa punuk unta menyimpan lemak, bukan air seperti yang dianggap saat ini. Dan punuk itu dapat menyediakan cadangan makanan bagi unta untuk kondisi wilayah Arktik yang esktrem selama enam bulan musim dingin. Sedangkan mata besar yang mereka miliki akan membantu melihat dalam cahaya rendah.

"Adapun kaki yang datar berguna untuk berjalan di atas salju, sama seperti saat mereka melangkah di atas pasir," kata Buckley.

BBC | ISMI WAHID

Berita terpopuler lainnya:
Ini Tokoh-tokoh yang Mengilik Anas Soal Century
Malaysia Bayar Sewa ke Sultan Sulu Rp 14 Juta

Fakta-fakta Menarik Jelang MU Vs Real Madrid

Kelompok Penyusup Diduga Mendarat Lagi di Sabah

'Perjalanan Pulang' Keluarga Sultan Sulu ke Sabah

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya