TEMPO.CO , Jakarta: Nyekar atau berziarah sembari menaburkan bunga ke atas makam menjadi tradisi yang sering dilakukan masyarakat Indonesia. Ziarah makam sanak-saudara tak lengkap tanpa tabur bunga. Tapi, ternyata tabur bunga bukan saja dilakukan orang Indonesia. Tradisi serupa dilakukan sejumlah warga Negara lain.
Penelitian oleh University of Haifa, Israel, baru-baru ini mengklaim bahwa tradisi tabur bunga di atas makam berasal dari bangsa Israel Kuno. Penelitian ini berdasarkan bukti sebuah makam kuno bangsa israel yang usianya sudah 14 ribu tahun. Ketika meneliti, para peneliti menemukan fosil-fosil bunga di atas mayat yang telah terkubur. “Ini contoh paling kuno dalam hal menempatkan bunga dan tanaman segar di atas makam sebelum menguburkan mayat,” kata peneliti Dani Nadel.
Penelitian tidak mengungkap apa tujuan menaburkan bunga di dalam kubur sebelum mayat dikebumikan. Sebelum ada penemuan ini tradisi tabur bunga di atas makan telah dilakukan sejak 35 ribu tahun lalu.
Meskipun tabur bunga ini semula diperkirakan pertama kali dilakukan oleh Neanderthal di Gua Shanidar, Iraq. Namun bukti tradisi ini baru ditemukan sekarang. Walaupun temuan oleh ilmuan di Israel ini berbeda dari tradisi tabur bunga di masa kini.
Penemuan ini menunjukan mayat sebelum dikubur akan ditaburi bunga. Sedangkan tradisi saat ini menguburkan mayat terlebih dahulu sebelum makam di taburi bunga.
ALJAZEERA | RINA ATMASARI
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
33 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya