Letusan Rinjani Spektakuler Hingga Alaska  

Reporter

Rabu, 2 Oktober 2013 04:56 WIB

Sebuah danau Segara Anak yang berair tenang di kawasan Gunung Baru Jari di lembah Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. TEMPO/Kink Kusuma Rein

Menurut Heryadi, tahun 2014 mendatang di Yogyakarta akan diselenggarakan pertemuan ahli gunung api se-dunia, City On Volcanoes. Kunjungan lapangan dilakukan ke Krakatau, Batur, Toba, dan Rinjani. Ia menjadi pendamping perjalanan ke Rinjani.

Para ilmuwan telah menemukan letak gunung api yang meletus hebat pada abad ke-13. Saking kuatnya, jejak letusan pada 1257 itu tersimpan pada lapisan es di Kutub Utara dan Antartika. Teks-teks abad pertengahan Eropa merekam pendinginan mendadak iklim dan gagal panen pada tahun itu. Dalam jurnal Proceeding of the National Academy Sciences of The United State of America, para ahli memastikan sumber letusan berasal dari Gunung berapi Samalas di Pulau Lombok, Indonesia.

Kini, hanya sedikit yang tersisa dari struktur gunung aslinya, yaitu hanya berupa sebuah danau kawah besar, Danau Segara Anak.

Tim ini mengaitkan jejak belerang dan debu di es kutub dengan data yang dikumpulkan di wilayah Lombok itu, termasuk tanggal radiokarbon, jenis dan penyebaran batuan dan abu yang dikeluarkan, lingkaran pohon, bahkan sejarah lokal tentang kejatuhan Kerajaan Lombok sekitar abad ke-13.

"Bukti ini sangat kuat dan menarik," kata Prof Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris, seperti dikutip British Broadcast Corporations edisi hari ini, 1 Oktober 2013.

Rekan kerjanya, Prof Franck Lavigne, dari Pantheon-Sorbonne University, Prancis, mengatakan mereka melakukan sesuatu yang mirip dengan investigasi kriminal. "Kami tidak tahu pelakunya pada awalnya, tapi kami punya waktu pembunuhan dan sidik jari dalam bentuk geokimia pada inti es, yang memungkinkan kami untuk melacak gunung berapi yang bertanggung jawab atas letusan besar itu," ujarnya.

Letusan tahun 1257 itu telah banyak dikaitkan dengan gunung berapi di Meksiko, Ekuador, dan Selandia Baru. Tapi dugaan itu selalu direvisi karena perbedaan tanggal dan jejak geokimia. "Hanya Samalas yang bisa memenuhi semua syarat," ujar para peneliti.

Studi tim di Lombok menunjukkan sebanyak 40 kilometer kubik batuan dan abu terlempar dari gunung berapi itu, dan material erupsi kemungkinan naik 40 km atau lebih ke langit. Material itu tersebar ke seluruh dunia dan terlihat pada lapisan es Greenland dan Antartika. Dampak terhadap iklim pun akan menjadi signifikan.

Teks abad pertengahan menggambarkan cuaca mengerikan menyusul musim panas pada tahun 1258. Cuaca waktu itu dingin dan hujan tak henti-henti yang menyebabkan banjir.

Para arkeolog baru-baru ini menempatkan tahun 1258 pada kerangka ribuan orang yang dikuburkan di kuburan massal di London. "Kami tidak bisa mengatakan dengan pasti dua peristiwa itu terkait, tapi populasi pasti telah tertekan," kata Prof Lavigne kepada BBC News.

Dibandingkan dengan ledakan bencana yang relatif baru, para peneliti percaya Samalas setidaknya sebesar Krakatau (1883) dan Tambora (1815).

SUPRIYANTHO KHAFID

Terhangat
Edsus LEKRA | Senjata Penembak Polisi | Mobil Murah


Baca juga:

Dapat Gaji Tinggi karena Googling Nama Sendiri
8 Gadget yang Akan Jadi Kuno
Telepon Pintar Pengukur Gempa
Sudah Tiada, Nenek Ini Terekam Google Street View

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya