Berapa Lama Otak Orang yang 'Mati Medis' Berfungsi  

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Sabtu, 4 Januari 2014 09:45 WIB

Foto: livescience.com

TEMPO.CO, Ohio - Jahi McMath dari Oakland, California, dinyatakan mati otak bulan lalu setelah mengalami komplikasi yang sangat jarang dalam operasi amandel. Anggota keluarganya telah berjuang untuk menjaga putri mereka tetap hidup dengan ventilator, namun hakim memerintahkan bahwa mesin pendukung hidupnya dimatikan minggu depan.


Meskipun seseorang yang sudah dinyatakan meninggal secara medis tapi masih hidup secara legal ini bertahan, sampai berapa lama otaknya tetap berfungsi?

Seseorang dianggap mati otak ketika ia tidak lagi memiliki aktivitas saraf di otak atau batang otak yang berarti tidak ada impuls listrik yang dikirim di antara sel-sel otak. Dokter melakukan sejumlah tes untuk menentukan apakah seseorang mengalami kematian otak, salah satunya memeriksa apakah individu dapat memulai bernapas sendiri. "Ini adalah refleks yang sangat primitif yang dilakukan oleh batang otak," kata Dr Diana Greene-Chandos, asisten profesor bedah saraf dan neurologi di Ohio State University Wexner Medical Center.

Di Amerika Serikat dan banyak negara lain, seseorang secara hukum dinyatakan meninggal jika dia secara permanen kehilangan semua aktivitas otak, alias mengalami kematian otak, atau seluruh pernapasan dan fungsi peredaran darah terhenti. Namun, sistem listrik intrinsik jantung dapat menjaga organ tetap berfungsi untuk waktu yang singkat setelah seseorang mati otak.


Pada kenyataannya, jantung bahkan bisa tetap bekerja kendati berada di luar tubuh, kata Greene-Chandos. "Namun tanpa ventilator untuk menjaga darah dan oksigen beredar, fungsi ini akan berhenti dengan sangat cepat, biasanya dalam waktu kurang dari satu jam," katanya.

Dengan hanya mengandalkan ventilator, beberapa proses biologis - termasuk ginjal dan fungsi lambung - dapat terus bekerja selama sekitar satu minggu. "Dengan alasan ini bisa dimengerti mengapa rambut dan kuku bisa tumbuh setelah seseorang dinyatakan mati," kata Greene-Chandos.

Kenneth Goodman, direktur Program Bioetika di Universitas Miami, menekankan bahwa fungsi tersebut tidak berarti orang tersebut masih hidup. "Jika otak Anda mati, maka Anda juga mati," katanya. Dengan teknologi, kata Goodman, dokter bisa membuat tubuh melakukan beberapa hal.

Namun tanpa otak, katanya, tubuh tidak mengeluarkan hormon penting yang dibutuhkan untuk menjaga proses biologis - termasuk lambung, ginjal, dan fungsi kekebalan tubuh - dalam waktu lebih dari seminggu. Misalnya, hormon tiroid yang penting untuk mengatur metabolisme tubuh dan vasopressin diperlukan oleh ginjal untuk menahan air.

Tekanan darah normal, yang juga penting untuk fungsi tubuh, sering tidak dapat dipertahankan tanpa obat tekanan darah pada orang yang mati otak, kata Greene-Chandos.
Orang mati otak juga tidak dapat mempertahankan suhu tubuh sendiri, sehingga tubuh tetap hangat dengan selimut, suhu ruangan yang tinggi, dan kadang-kadang, cairan infus.

Tubuh orang mati otak biasanya tidak akan bertahan lama, kata Greene-Chandos. Dokter kadang-kadang memberikan dukungan -- dalam bentuk ventilator, hormon, cairan, dan sejenisnya -- untuk beberapa hari jika organ akan digunakan untuk donasi, atau jika keluarga membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengucapkan selamat tinggal.

"Jika semua kriteria untuk kematian otak terpenuh, maka cukup jelas bahwa tak ada lagi yang tersisa, dan hidupnya sepenuhnya tergantung alat," kata Greene-Chandos.

Sangat sedikit penelitian tentang berapa lama tubuh orang yang mati otak dapat dipertahankan. Pembahasan kematian otak kerakhir adalah pada 1950-an di Perancis, dimana dalam sebuah penelitian enam pasien yang mati otak dibiarkan terus "hidup" selama antara dua dan 26 hari tanpa aliran darah ke otak. Penelitian ini menghasilkan gagasan bahwa "mungkin ada kematian kedua bagi pasien yang secara medis sudah dinyatakan mati," kata Greene-Chandos. Sebelumnya, seseorang dianggap mati hanya ketika detak jantung dan napas mereka berhenti.

Hari ini, dengan ventilator, augmentasi tekanan darah dan hormon, tubuh orang mati otak bisa bertahan -- secara teori -- untuk waktu yang lebih lama, mungkin tanpa batas waktu, kata Greene-Chandos. Hanya saja, faktor-faktor lain juga harus diperhatikan, karena seorang yang mati otak beresiko tinggi terkena infeksi.

HUFFINGTON POST | TRIP B

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya