Begini 'Kesaktian' Fiber dalam Mencegah Diabetes  

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Sabtu, 18 Januari 2014 10:54 WIB

Rodale.com

TEMPO.CO, Paris - Para ilmuwan beberapa dasawarsa ini meyakini diet kaya serat membantu kita melawan obesitas dan diabetes. Namun bagaimana mekanismenya, tak pernah dijelaskan secara rinci.

Sebuah tim ilmuwan gabungan Prancis-Swedia termasuk peneliti dari Délégation Paris Michel-Ange (lebih dikenal sebagai CNRS), Inserm, dan Université Claude Bernard Lyon 1 baru-baru ini berhasil menjelaskan mekanisme tersebut, yang melibatkan flora usus dan kemampuan usus untuk menghasilkan glukosa. Hasil penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Cell edisi 9 Januari 2014.

Penelitian mereka juga menjelaskan peran dari usus dan mikroorganisme yang terkait dalam menjaga glikemia. Dari penelitian ini, mereka akan merekomendasikan diet baru untuk mencegah diabetes dan obesitas.

Dalam penelitiannya, mereka menggunakan buah dan sayur yang berasa manis dan kaya akan serat difermentasi, seperti kol. Serat tersebut tidak dapat dicerna langsung oleh usus tetapi difermentasi oleh bakteri usus menjadi asam lemak rantai pendek seperti propionat dan butirat, yang sebenarnya bisa diasimilasi oleh tubuh kita.

Dampak perlindungan dari serat inilah yang diteliti. Hasilnya, hewan yang diberi diet kaya serat menjadi lebih sedikit lemak dan lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan diabetes daripada hewan yang diberi diet bebas serat.

Tim yang dipimpin oleh Gilles Mithieux, peneliti CNRS, bertanya-tanya apakah mekanisme ini bisa dikaitkan dengan kapasitas usus untuk menghasilkan glukosa. Usus sebenarnya mampu mensintesis gula dan melepaskannya ke dalam aliran darah antara waktu makan dan di malam hari . Namun, glukosa memiliki sifat tertentu: terdeteksi oleh saraf-saraf di dinding vena portal -- yang mengumpulkan darah yang berasal dari usus -- yang pada gilirannya mengirimkan sinyal ke saraf otak. Sebagai tanggapan, otak memicu berbagai efek perlindungan terhadap diabetes dan obesitas: sensasi rasa lapar memudar, pengeluaran energi saat istirahat ditingkatkan, dan hati memproduksi lebih sedikit glukosa.

Dalam rangka untuk menjelaskan hubungan antara serat difermentasi dan produksi glukosa oleh usus, para peneliti menggunakan tikus sebagai kelinci percobaan. Setelah memberi makan diet yang diperkaya dengan serat difermentasi pada tikus, mereka kemudian mengamati induksi kuat dari ekspresi gen dan enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis glukosa dalam usus. Hasilnya, tikus yang diberi diet lemak dan gula yang kaya, tetapi juga dilengkapi dengan serat, menjadi kurang berlemak daripada tikus kontrol yang juga dilindungi terhadap perkembangan diabetes dengan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin.

Para peneliti mengulangi percobaan dengan tikus yang memiliki kemampuan usus untuk menghasilkan glukosa namun fungsinya dimatikan melalui rekayasa genetika. Tidak ada efek perlindungan: tikus menjadi gemuk dan mengembangkan diabetes seperti yang tikus yang diberi diet bebas serat.

Terlepas dari mekanisme yang sebelumnya tidak diketahui ini, penelitian ini menyoroti peran flora usus yang dengan fermentasi serat makanan mampu menghasilkan glukosa. Hal ini juga menunjukkan pentingnya usus dalam regulasi glukosa dalam tubuh.

SCIENCE DAILY | TRIP B

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya