Ilmuwan Racik Pil Pengatur Ulang Jam Biologis  

Reporter

Senin, 24 Maret 2014 20:25 WIB

Jam biologis yang mempengaruhi keputusan lalat buah Drosophila sp untuk makan atau tidak makan ditemukan dalam sel sensor rasa dan berhubungan langsung dengan kebiasaan makan serangga itu.

TEMPO.CO, Manchester - Para peneliti di University of Manchester menemukan mekanisme yang bisa mengatur reaksi jam biologis terhadap perubahan di lingkungan. Enzim casein kinase 1 epsilon (CK1 epsilon) ternyata bisa mengontrol jam biologis. Jam biologis yang berubah akibat perubahan lingkungan seperti cahaya dan temperatur bisa diatur ulang dengan mudah.

Hampir setiap spesies di bumi memiliki pengatur waktu biologis internal atau jam sirkadian. Pada mamalia, termasuk manusia, jam biologis ini terdapat pada sebagian besar sel dan jaringan tubuh. Mereka mengatur ritme fisik sehari-hari, termasuk pola tidur dan metabolisme tubuh.

Kepala tim peneliti, David Bechtold, mengatakan inti jaringan jam tersebut adalah sekelompok molekul yang saling berinteraksi dan menyediakan pengaturan cerdas dan tepat waktu sepanjang 24 jam. "Jam tubuh kita selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan merespons informasi terang dan gelap," katanya.

Dalam laporan studi yang dimuat di jurnal Current Biology, 20 Maret 2014, para peneliti mengidentifikasi mekanisme baru mengenai respons jam biologis terhadap cahaya. Mereka mempelajari hubungan antara pola hidup tikus di laboratorium dan keberadaan CK1 epsilon yang merupakan komponen penting dalam jam biologis. Peneliti membuat pil yang bisa membatasi jumlah enzim CK1 epsilon.

Tikus yang memiliki sedikit CK1 epsilon ternyata lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang lebih gelap. Kondisi lingkungan baru yang gelap ini sama dengan situasi yang dialami manusia setelah menjalani kerja atau penerbangan dalam waktu panjang.

Pembatasan enzim tersebut rupanya mampu meningkatkan kemampuan tikus untuk beradaptasi dengan cepat. Gangguan metabolisme akibat perubahan waktu pun bisa dikurangi.

Menurut Bechtold, seperti dikutip Sciencedaily, Senin, 24 Maret 2014, secara genetik manusia tidak bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan jam kerja atau penerbangan panjang. Ia mengatakan kehidupan modern bisa membawa efek terhadap kesehatan kita.

"Perubahan jam kerja, gangguan tidur, dan jet lag mengganggu jam biologis manusia," kata Bechtold. Gangguan jam biologis itu meningkatkan risiko kecelakaan dan penyakit seperti obesitas dan diabetes.

Bechtold mengatakan penelitiannya bakal dilanjutkan ke jenjang klinis. "Kami berharap bisa meningkatkan kemampuan jam biologis karena ketidakmampuan beradaptasi berkontribusi pada timbulnya penyakit seperti diabetes dan radang kronis," katanya.



SCIENCEDAILY | GABRIEL TITIYOGA




Berita lain:
Menuju Lokasi Misterius MH370
Australia Tak Temukan yang Diduga Puing MH370
Bagaimana Menemukan Kotak Hitam Pesawat MH370?
Cari MH370, Berapa Dana yang Dihabiskan Amerika?

Berita terkait

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

30 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

30 hari lalu

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

33 hari lalu

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.

Baca Selengkapnya

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.

Baca Selengkapnya

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.

Baca Selengkapnya

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.

Baca Selengkapnya

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.

Baca Selengkapnya

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?

Baca Selengkapnya