Greenpeace: Merchandise Piala Dunia 2014 Beracun

Reporter

Senin, 19 Mei 2014 18:26 WIB

Bomber Barcelona yang berasal dari Argentina, Lionel Messi akan mengenakan sepatu Adidas terbaru yaitu Adidas "Samba" Adizero F50 pada ajang Piala Dunia 2014 di Brazil. ftw.usatoday.com

TEMPO.CO, Jakarta - Barang niaga (merchandise) sepak bola untuk Piala Dunia 2014 yang diproduksi oleh Adidas, Nike, dan Puma ternyata mengandung bahan kimia berbahaya. Demikian hasil investigasi terbaru Greenpeace yang dilansir dalam laman resminya, Senin, 19 Mei 2014.

Organisasi pencinta lingkungan itu melakukan pengujian kandungan beragam zat terhadap 33 macam barang niaga, antara lain sepatu sepak bola, sarung tangan kiper, dan bola resmi Piala Dunia, Brazuca.

Hasilnya, sepatu bola ikonik buatan Adidas, Predator, diketahui mengandung senyawa perfluorinated (PFC) beracun dengan tingkat yang sangat tinggi. Kadarnya mencapai 14 kali batas yang ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Peringkat kedua disusul oleh sepatu Nike, Tiempo.

Secara keseluruhan, 17 dari 21 sepatu sepak bola dan separuh dari total sarung tangan kiper yang diuji ditemukan mengandung PFC ionik seperti perfluorooctanoic acid (PFOA) yang sangat berbahaya. Adapun bola resmi Piala Dunia, Brazuca, mengandung bahan kimia berbahaya nonylphenol ethoxylates (NPE).

Juru kampanye detoks di Greenpeace Jerman, Manfred Santen, mengatakan penyelidikan Greenpeace menguak permainan kotor yang dilakukan oleh merek-merek ternama yang kerap menjadi sponsor beberapa pemain sepak bola terhebat di dunia.

"Selagi mereka akan mendapatkan keuntungan yang melambung tinggi selama Piala Dunia, kami menuntut agar merek-merek ini berhenti mencurangi sepak bola dan membersihkan permainan mereka," kata Santen dalam siaran pers yang diterima Tempo.

Laboratorium independen menemukan bahan kimia seperti PFC, NPE, phthalates, dan dimetilformamida (DMF) terkandung dalam produk ketiga perusahaan itu yang dibeli di tiga benua.

Zat-zat berbahaya itu dapat larut dari produk ke lingkungan atau masuk ke dalam rantai makanan. Beberapa di antaranya berpotensi menyebabkan kanker, mengganggu sistem hormonal, atau dapat menjadi racun bagi sistem reproduksi.

"Meskipun mereka telah berkomitmen melakukan detoks, Nike dan Adidas gagal mengatasi kecanduan racun mereka," kata Santen. Detoks mengacu pada detoksifikasi, proses mengurangi kandungan bahan kimia beracun yang membahayakan organisme.

Santen menambahkan, Greenpeace, atas nama para pemain sepak bola, fan, dan masyarakat lokal yang terkena dampak polusi air beracun, mendesak para produsen barang niaga Piala Dunia 2014 untuk mengungkapkan data pembuangan semua bahan kimia berbahaya kepada publik dan mengeluarkan rincian rencana penghapusan PFC secara bertahap.

MAHARDIKA SATRIA HADI






Berita Terpopuler:
Aburizal-Pramono Edhie Tunda Kemenangan Jokowi
Pendamping Jokowi Baru Akan Dideklarasikan Senin
Tantri Kotak: Husein Masuk Grand Final Itu Kejutan

Berita terkait

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

44 menit lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

3 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

5 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

5 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

9 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

9 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

25 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

29 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

37 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

40 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya