Lahir di Musim Dingin, Manusia Cenderung Kidal  

Reporter

Jumat, 4 Juli 2014 22:33 WIB

Seorang anak menulis pada acara "Anak-anak Miskin Kota Menulis Surat Untuk SBY" di balai desa Pedak Baru, Bantul, Senin (2/11). sedikitnya 100 surat akan dikirim ke istana sebagai dukungan terhadap keberadaan KPK. Tempo/Arif Wibowo

TEMPO.CO, Wina - Dasar genetika yang menyebabkan seseorang menjadi kidal atau tidak masih menjadi perdebatan. Namun sebuah riset dari Fakultas Psikologi Universitas Wina menunjukkan ada pengaruh mekanisme hormon terhadap dominasi penggunaan tangan kiri atau kanan. Berdasarkan studi itu, orang kidal lebih banyak dilahirkan pada musim dingin pada bulan bulan November, Desember atau Januari.


Psikolog Ulrich Tan dan koleganya melakukan studi terhadap hampir 13 ribu orang dewasa dari Austria dan Jerman. Studi yang dimuat dalam jurnal Cortex itu menunjukkan jumlah orang kidal yang lahir pada musim dingin lebih tinggi ketimbang kelompok serupa yang lahir di luar masa itu. "Hasil ini sangat mengejutkan karena lebih banyak banyak orang kidal lahir terutama pada bulan November, Desember dan Januari," kata Tan seperti ditulis Sciencedaily, 3 Juli 2014.


Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, sebagian besar orang lebih banyak menggunakan tangan kanannya. Dalam populasi yang diteliti, hanya ada sekitar 10 persen yang kidal. Secara umum, sekitar 7,5 persen wanita adalah kidal. Sementara persentase pria yang kidal mencapai 8,8 persen. Menurut Tan, persentase rata-rata orang kidal yang lahir pada periode Februari hingga Oktober adalah 8,2 persen. "Selama November hingga Januari, angkanya naik hingga 10,5 persen," kata Tan.

<!--more-->


Peneliti menduga durasi waktu gelap yang lebih panjang pada periode November hingga Januari tak langsung berhubungan dengan kemunculan sifat kidal. Peneliti berasumsi faktor masa terang siang hari yang lebih panjang pada periode Mei hingga Juli di tahun sebelumnya menjadi penyebab utamanya.


Riset ini berhubungan dengan dengan teori yang dikembangkan neurolog Amerika Serikat, Norman Geschwind dan Albert Galaburda, pada 1980an. Teori itu menyebutkan testosteron menunda kematangan otak bagian kiri sepanjang masa perkembangan embrio. Fungsi otak bagian kiri lebih dominan pada orang yang menggunakan tangan kanan. Sementara pada orang kidal, otak bagian kanan yang lebih dominan.


Advertising
Advertising

Secara alamiah, kadar testosteron pada janin pria lebih tinggi ketimbang wanita. Namun kadar testosteron ibu dan faktor eksternal juga mempengaruhi tingkat testosteron janin. Secara spesifik, lebih banyak cahaya siang hari dinilai bisa meningkatkan kadar testosteron sehingga efek musiman itu terjadi.


Berdasarkan temuan itu ada pengaruh, meski kecil namun kuat dan berulang, terhadap kelahiran dan kemampuan seseorang menjadi kidal. Kondisi ini diperkirakan lebih banyak mempengaruhi pria namun penyebab pastinya masih terus diselidiki.


SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya