Pelesiran Hemat Energi di Pulau Bali

Reporter

Kamis, 7 Agustus 2014 22:17 WIB

Sebuah papan informasi penggunaan energi di sektor karyawan terpampang di kantin khusus karyawan Hotel Nikko, Nusa Dua, Bali, 7 Agustus 2014. TEMPO/Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Denpasar - Sudah setahun terakhir Joshua dan Linda Farkash menghindari menginap di hotel berbintang lima yang mewah di kawasan Nusa Dua, Bali. Pasangan asal Sydney, Australia, itu menerapkan gaya pelesiran berbeda. Mereka memilih tinggal di hotel kecil di Ubud yang menyatu dengan alam dan lingkungan.


Pilihan mereka bukan tanpa alasan. Pelancong yang dalam setahun terakhir sudah empat kali bolak-balik ke Pulau Dewata ini tidak lagi merasa nyaman tinggal di gedung-gedung besar yang lahap menelan listrik dan boros air. Padahal, 20 tahun lalu, mereka menginapi hotel-hotel mewah itu setiap berlibur. (Lihat foto: Wisata Terjun Bebas Dari Tebing Di Bali)


"Ini langkah kecil tapi nyata untuk menghadapi perubahan iklim," kata Joshua Farkash kepada Tempo, akhir Juli lalu. Bagi pria paruh baya ini, hotel gemerlap tak lagi mempesona, betapapun fasilitas lengkap tersedia, dari pantai, restoran, kafe, lapangan golf, hingga tempat belanja.


Joshua dan Linda menyadari dampak buruk pariwisata terhadap perubahan iklim. Ya, geliat pariwisata memang terus menyedot energi. Menurut data Badan PBB untuk Turisme Dunia (UNWTO), industri pelesiran menyumbang 5 persen emisi karbon global. Sekitar 21 persen dari angka itu disumbang sektor perhotelan. "Emisi berasal dari penggunaan bahan bakar minyak untuk memproduksi listrik dan keperluan lain," begitu pernyataan UNWTO.


Kondisi ini bukannya tak disadari oleh pengelola sektor perhotelan. Mereka sejatinya sudah mulai memperbaiki diri. Langkah yang umum adalah mengganti pencahayaan dengan lampu LED serta memasang kunci yang juga berperan sebagai pengatur aliran listrik di kamar.


Advertising
Advertising

<!--more-->


Sejumlah hotel malah membuat terobosan. Hotel Grand Nikko, misalnya, menerapkan efisiensi listrik dan air. Ketut Sukanaka, 45, karyawan hotel di bagian binatu, bersama rekan-rekannya mengatur secara ketat penggunaan listrik dan air untuk kegiatan cuci-mencuci.


Ketika tingkat hunian hotel di bawah 50 persen, jadwal kerja dimodifikasi agar mesin-mesin cuci boros listrik tidak beroperasi pada saat beban puncak sistem kelistrikan di Bali. Itu artinya semua pekerjaan harus sudah rampung sebelum pukul 18.00-20.00. "Langkah ini bisa menghemat pengeluaran karena harga listrik pada jam itu lebih mahal dari jam biasa," katanya.


Sukanaka mempunyai jurus lain. Menurut pria yang kini dipercaya menjadi asisten laundry manager itu, sebelum dimasukkan ke mesin cuci, semua kain juga ditimbang hingga mencapai bobot 60 kilogram. Angka itu adalah kapasitas maksimal mesin cuci hotel.


Bukan hanya bagian binatu yang sibuk berbenah. Manajemen hotel juga bersepakat mengganjar penghematan energi dengan insentif. Masing-masing unit kerja bisa melihat laporan penghematan yang dicapai saban bulan. Semua informasi itu dipampang di kantin karyawan. Dengan begitu, para karyawan hotel bisa menghitung sendiri jumlah insentif yang diperoleh.


Wayan Sudiarsa, Kepala Bagian Engineering Grand Nikko, mengatakan hotel ini telah menabalkan diri sebagai hotel ramah lingkungan sejak 2009. Mereka mengikuti program Eco Hotel dari TUV Ireland, audit energi yang menghasilkan rekomendasi tentang langkah-langkah efisiensi. "Penerapannya dimulai dengan kampanye, pelatihan, dan peningkatan pemahaman para karyawan," kata dia.


<!--more-->


Tahap selanjutnya adalah memantau seluruh kebutuhan energi yang dipakai hotel. Konsumsi air, gas, dan listrik hotel bintang lima di Nusa Dua ini dicatat rapi dengan memasang meteran pada setiap outlet. Hasil pengukuran dijadikan dasar untuk pembuatan semacam indikator kinerja di tiap unit kerja. (Baca juga: Switch Asia Dorong Indonesia Hemat Energi)


Langkah berhemat dilanjutkan dengan penggantian peralatan hotel. Lampu koridor yang dulu berupa lampu biasa berdaya 40 watt diganti lampu plate berdaya 12 watt. Lampu halogen yang menyala 24 jam dan menelan daya 80 watt diremajakan dengan lampu LED berdaya 6 watt.


Untuk air panas, Sudiarsa mengubah set point 75 derajat menjadi 50 derajat Celcius. "Belum ada tamu yang komplain sejak setelan diganti pada 2010," kata dia. Langkah ini terbukti ampuh mengurangi penggunaan solar.


Baru satu tahun diterapkan, upaya itu sudah membuahkan hasil. Pada 2011, Grand Nikko sukses menghemat konsumsi listrik hingga 732.000 kWh, air 39 ribu meter kubik, dan solar 53 ribu liter. Perhitungan solar dengan harga Rp 10 ribu per liter saja setidaknya sudah menghemat hingga Rp 530 juta.


Efisiensi energi juga dilakukan oleh Hotel Melia Bali. Manajemen hotel bintang empat di Nusa Dua ini menghapus fasilitas bath-up di 120 dari 404 kamar. Menurut Chief Engineering Melia Bali, Putu Asmaranata, kebijakan itu menyesuaikan dengan tren tamu dari Eropa yang tidak telalu menuntut penyediaan bak mandi, sehingga lebih hemat air.


<!--more-->


Hotel yang mendiami areal seluas 10,7 hektare ini memperoleh air bersih dari laut. Mereka mengolah air laut dengan teknologi seawater reverse osmosis. Asmaranata mengatakan, jaringan hotel asal Spanyol ini sejak awal berkomitmen menjadi hotel ramah lingkungan. Mereka rutin melakukan audit lingkungan setiap tahun. Hotel ini bahkan meraih sertifikat Platinum dari standar Enviromental Management System dari EarthCheck.


Ketua Divisi Lingkungan Bali Hotel Association (BHA), Clinton Lowell, mengatakan biaya energi sangat mempengaruhi pengeluaran hotel karena mencakup keseluruhan servis hotel. Namun, investor seringkali enggan untuk mengganti atau meremajakan fasilitas. Alasannya, peralatan hemat energi lebih mahal ketimbang yang biasa. (Baca juga: Empat Hotel Ramah Lingkungan)


Menurut Lowell, hal itu tidak perlu terjadi jika investor bersedia melihat pengembalian keuntungan yang lebih besar dalam jangka panjang. "Apalagi hemat energi berarti lebih ramah lingkungan dan bisa menjadi bagian dari promosi hotel," ujarnya.


BHA yang beranggotakan 116 hotel berbintang 3-5 di Bali berkomitmen mendorong penghematan energi. Tahun ini, mereka juga akan membuat pemeringkatan 10 besar hotel terbaik dalam hal efisiensi energi. Data konsumsi energi akan dikumpulkan untuk melihat kecenderungan besaran tiap tahun dan sebagai perbandingan antarhotel.


Bagi Joshua dan Linda, pelesiran hemat energi di hotel ramah lingkungan kini lebih menarik perhatian. Adapun bagi karyawan seperti Sukanaka di Hotel Grand Nikko, ajakan untuk berpartisipasi menghemat energi membuatnya makin merasa ikut memiliki hotel itu.


<!--more-->


Dilema Memangkas Emisi Karbon


Efisiensi energi hotel-hotel di Bali sebenarnya bisa berperan mengurangi emisi karbon. Data dari program Indonesia Clean Energy Development (ICED) yang dilansir USAID pada 2014 menunjukkan 61 persen kebutuhan energi listrik berasal dari pasokan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Padahal seluruh pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar solar.


Untuk keperluan pembelian solar itu, anak perusahaan PT PLN, PT Indonesia Power (PIP), harus merogoh kocek tak kurang dari Rp 8 triliun per tahun. PIP menghabiskan 1,6 juta liter solar per hari untuk mengoperasikan tiga pembangkit di Pesanggaran, Gilimanuk, dan Pemaron dengan kapasitas total 640 megawatt.


Emisi karbon untuk memproduksi 1 megawatt listrik mencapai 3.271,99 ton. "Tahun lalu saja emisi total nyaris mencapai 1,3 juta ton," kata General Manager PIP, I.G.A. Subawa Putra. (Baca juga: Emisi Karbon Global Capai Rekor Terparah)


Sayangnya, kondisi ini belum disadari oleh semua pengelola hotel. Bagi PLN, harga listrik bagi hotel yang menyerap 44 persen pasokan dianggap masih terlalu murah bila dibanding harga kamar yang mereka jual. Bahkan setelah PLN menaikkan harga listrik sejak 1 Juli 2014 pada kisaran Rp 1.300 per kWh.


<!--more-->


Data dari ICED, biaya energi listrik dan air untuk setiap kamar rata-rata hanya Rp 145.283. "Harga listrik menjadi sangat murah dibanding harga kamarnya," kata General Manager PLN Distribusi Bali, Syamsul Huda.


Itu sebabnya, kata Syamsul, hotel-hotel besar yang rata-rata menyerap daya hingga 200 KVA enggan menghemat listrik. PLN malah sempat berencana membuat anak perusahaan yang khusus menangani listrik bagi hotel dengan harga yang lebih wajar. "Jangan sampai negara harus mensubsidi turis yang datang untuk bersenang-senang," ujarnya.


MAHARDIKA SATRIA HADI | ROFIQI HASAN (BALI)


Berita terpopuler lainnya:
Ini Rapor Kepala Dinas Pendidikan DKI Lasro Marbun
Migrant Care Laporkan Enam Anggota DPR Pemilik PJTKI
Kisah Pocong di Foto Syahrini Saat Umrah

Berita terkait

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

3 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

5 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

8 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

9 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

10 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

11 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

12 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

19 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

23 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

23 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya