TEMPO.CO, London - Seorang bocah laki-laki yang dilahirkan tanpa telinga akhirnya mendapat sepasang telinga yang terbuat dari tulang iganya. Kieran Sorkin, bocah 9 tahun asal Inggris, menjalani operasi yang dilakukan oleh tim dokter dari Rumah Sakit Great Ormond Street, London, untuk mendapatkan telinga.
Mengutip laporan BBC, Selasa, 12 Agustus 2014, tim dokter mengambil tulang rawan dari enam tulang iganya. Tulang rawan tersebut kemudian dipotong, dibentuk, dan dijahit hingga berbentuk telinga. (Baca: Jantung Buatan Berhasil Ditanamkan pada Anak 15 Tahun)
Sorkin merupakan salah satu dari sekitar seratus anak di Inggris yang dilahirkan tanpa satu atau sepasang telinga. Kondisi ini dikenal dengan istilah microtia. Saat Sorkin lahir, hanya ada dua lubang kecil pada bagian yang seharusnya ditempati sepasang telinga.
Sebelum dipasangi telinga, dia bisa mendengar berkat operasi penanaman alat pendengar. Namun kini dia tidak hanya bisa mendengar, tapi juga memiliki bagian tubuh yang lengkap. (Baca: Kreatif, Wanita Ini Rancang Lego Jadi Kaki Buatan)
“Saya ingin orang-orang berhenti menanyai saya. Saya ingin seperti teman-teman saya. Saya juga ingin bisa memakai kacamata hitam dan earphone,” ujarnya.
Menurut dokter bedah plastik, Neil Bulstrode, operasi pemasangan telinga Sorkin merupakan operasi kosmetik. Meski demikian, Bulstrode menuturkan manfaat psikologis yang didapat bocah itu sangat besar.
“Jika Anda bisa mengubah kepercayaan diri pasien pada usia muda, Anda bisa mengubah jalur hidupnya. Ini merupakan dorongan besar buat mereka,” kata Bulstrode.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.