Warga empat desa di Kabupaten Batang melakukan demo menolak pembangunan PLTU di kantor Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah di Semarang (5/7). Tempo/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berencana membangun reaktor daya eksperimental di kawasan Serpong, Tangerang. Fasilitas tersebut merupakan reaktor nuklir riset yang juga bisa menghasilkan listrik dengan memanfaatkan energi panas yang muncul. Dana yang dibutuhkan untuk membangun reaktor tersebut diperkirakan sebesar Rp 1,6 triliun.
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan reaktor tersebut dibangun untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir bisa dioperasikan dengan aman. "Daya listrik yang dihasilkan oleh reaktor itu sekitar 30 megawatt. Memang kecil, karena untuk riset dan bukan komersial," kata Djarot kepada wartawan di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2014.
Menurut Djarot, pembangunan reaktor yang digagas pada tahun ini tersebut merupakan langkah awal pemakaian energi nuklir untuk memproduksi listrik. "Kami jelas memilih teknologi yang paling maju untuk membangun reaktor tersebut" ujar Djarot. Selain untuk memproduksi listrik, reaktor sejenis juga bisa digunakan untuk desalinasi air laut, smelter, dan pemurnian batu bara. "Reaktor kecil juga bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik di luar Jawa," katanya.
Tim Batan juga sudah melakukan survei ke Jepang, Cina, dan Rusia untuk melihat teknologi reaktor apa yang cocok digunakan di Indonesia. Namun, meski sudah membuat rencana, Djarot belum bisa memastikan kapan reaktor daya eksperimental itu dibangun. "Kami belum bisa ambil keputusan karena menunggu pemerintahan yang baru dulu," katanya.
Deputi Direktur Badan Energi Atom Internasional Alexander Bychkov mengatakan pihaknya mendukung rencana Batan membangun reaktor nuklir. Menurut Bychkov, IAEA bisa menyiapkan program kerja sama dan dukungan bagi Indonesia. "Kami juga memastikan untuk memeriksa beragam aspek dari teknis hingga nonteknis sehingga program reaktor nuklir di Indonesia bisa dijalankan dengan aman," katanya.
Bychkov mengatakan IAEA tidak bisa mencampuri keputusan satu negara untuk membangun reaktor nuklir. "Mau membangun atau tidak, itu adalah keputusan independen milik negara Anda. Yang jelas, kami punya program pendukung yang bisa menjadi pertimbangan negara peminat dan kami bisa mengirim tim," kata Bychkov.