Androsys, Helm Anti-Ngantuk dari Ubaya  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 26 Agustus 2014 06:33 WIB

Androsys, helm anti kantuk ciptaan Kristiawan Manik dan Ricky Nathaniel Joevan tengah diujicoba di Universitas Surabaya, Surabaya, Jatim, 25 Agustus 2014. (istimewa)

TEMPO.CO, Surabaya - Kini helm tak hanya berfungsi sebagai pelindung kepala. Dengan sentuhan teknologi vibrator, dua mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya), Kristiawan Manik dan Ricky Nathaniel Joevan menciptakan Androsys (Anti-Drowsing System) alias helm anti kantuk.

Penemuan ini bermula dari tugas mata kuliah Design Project pada semester enam. Dua mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur itu menyoroti tingginya angka kecelakaan akibat pengendara motor yang mengantuk. "Dari data kepolisian, saat arus mudik tahun 2013 terdapat 3.675 orang yang meninggal karena mengantuk di jalan," terang Kristiawan saat ditemui di International Village Ubaya, Senin 25 Agustus 2014.

Belum lagi, ia menangkap fenomena banyaknya pemudik yang menggunakan sepeda motor. "Dari sana kami bermikir, masyarakat perlu alat pencegah rasa kantuk yang efektif, efisien, dan ekonomis," kata Ricky. Ia menjelaskan, Androsys berbasis teknologi sensor piezo electric. Sensor ini berfungsi mendeteksi denyut nadi.

Normalnya, denyut nadi seseorang berada pada kisaran 80 denyut per menit. "Jika jumlah denyut yang tertangkap sensor tak sampai 80 denyut per menit, sensor akan mengirimkan sinyal ke dua vibrator yang terletak di daerah ubun-ubun."

Dua vibrator itu lantas menimbulkan getaran dalam frekuensi rendah secara berkala. "Nggak sampai mengagetkan, kok. Hanya cukup agar pengendara motor tersadar, lalu diharapkan mereka tidak melanjutkan berkendara," sahut Kristiawan. Kalau si pengendara masih mengantuk dan denyut jantungnya kembali melemah, dalam jangka waktu 30 detik vibrator akan memberikan getaran. Selama kurang lebih satu tahun, keduanya menyempurnakan temuannya itu. "Kami sempat mengikutkan Karsa Cipta Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan DIKTI tahun 2013, dan menang," kata dia.

Sensor dan alat vibrator yang tersambung melalui kabel, sengaja diciptakan keduanya sebagai perangkat modular. Sehingga tak sampai mengubah desain helm. Itulah yang membuat Androsys unggul dan memenangi kompetisi International Invention Innovation dan Design (IIID) di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Segamat, Johor, Malaysia tanggal 20 Agustus 2014 lalu.

Androsys meraih medali emas dalam ajang yang diikuti sekitar 140 tim dari negara-negara Asia, Eropa, dan Australia itu. "Pelubangan kecil tanpa mengubah helm dinilai tidak mengurangi fungsi keamanan. Di samping itu, juri menilai dari sisi commercial value dan social responsibility," kata Sunardi Tjandra selaku dosen pembimbing.

Sunardi mengakui, ide helm anti kantuk buatan anak didiknya bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya, helm serupa diciptakan menggunakan teknologi Brain Stat. Bedanya, Brain Stat bekerja dengan mendeteksi gelombang otak. "Sayangnya, teknologinya lebih rumit dan lebih mahal. Satu unit dihargai lebih dari Rp 10 juta," katanya. Sedangkan Androsys lebih aplikatif dan mudah diproduksi massal. Dengan Rp 500 ribu, satu set modular bisa dibawa pulang. "Itu tidak termasuk helmnya. Tapi alat ini bisa dipakai di helm jenis apapun."

Kristiawan dan Ricky berharap teknologi helm anti kantuk temuannya bisa diproduksi massal. Ia pun berencana menggandeng Dinas Perhubungan dan Kepolisian Kota Surabaya guna mendukung kampanye Safety Riding. "Sebelum itu, kami mau urus hak patennya dulu," tukas mereka.

ARTIKA RACHMI FARMITA

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi

Berita terpopuler lainnya:
Istri Wakil Wali Kota Antre Bensin Eceran di Tegal
Tim Jokowi-JK Susun Tiga Opsi Kabinet
Dewan Pendidikan Kritik Kurikulum 2013 yang Amburadul
Pengganti Busyro, KPK Setuju Nama Ini
Pemain Bola Tewas Setelah Ditimpuk Penonton

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya