Ditemukan, Awan Air di Luar Tata Surya

Reporter

Selasa, 26 Agustus 2014 19:34 WIB

Gliese, mirip planet bumi (Foto: Dailymail)

TEMPO.CO, Washington - Air rupanya tidak hanya dijumpai di dalam tata surya. Para astronom di Washington DC, Amerika Serikat, telah menemukan bukti pertama keberadaan awan air di luar tata surya. Awan air itu mengelilingi sebuah katai cokelat berjarak 7,3 tahun cahaya dari Bumi.

Penemuan ini menjadi bukti pertama adanya dunia lain dengan bagian yang "berawan" seperti bumi. Yang tak kalah penting, temuan in bisa membantu para ilmuwan untuk menemukan dunia mirip bumi di masa mendatang.

"Saya sudah terobsesi dengan obyek ini sejak ia ditemukan," kata Jacqueline Faherty dalam jurnal Science, seperti dikutip laman Dailymail, Selasa, 26 Agustus 2014. Faherty adalah pemimpin penelitian dari Carnegie Institution for Science di Washington DC.

Katai cokelat dengan awan air itu disebut WISE J0855-0714. Ukurannya mencapai 10 kali massa Yupiter. Katai cokelat merupakan sebuah planet gas raksasa yang gagal untuk menjadi bintang. (Baca juga: Katai Cokelat Ini Hanya Sepanas Oven).


WISE J0855-0714 adalah katai cokelat terdingin yang pernah ditemukan. Suhunya antara -48 hingga -13 derajat Celcius. Untuk menemukan awan air itu, Faherty menggabungkan 151 citra inframerah katai cokelat menggunakan teleskop Magellan Baade berdiameter 6,5 meter di Cile.

Dari metode itu diketahui bahwa warna kumpulan gas raksasa sesuai dengan model prediksi katai cokleat dengan awan air es pada atmosfernya. "Ini adalah pertama kalinya awan air dapat dilihat, meski uap air sebelumnya pernah dideteksi di sekitar planet ekstra solar," ujar Faherty.

Awan air diperkirakan menutupi nyaris separuh katai cokelat, menjadikannya planet yang sebagian tertutup awan, mirip bumi.

Faherty mengaku memerlukan tiga malam pengamatan non-stop hingga akhirnya mendeteksi keberedaan awan air itu. Temuan awal ini akan dikonfirmasi melalui penelitian lanjutan menggunakan teleskop antariksa James Webb yang akan diluncurkan pada 2018.

Dalam tata surya, satu-satunya awan air diketahui berada di bumi dan Mars. Sementara itu, Yupiter dan Saturnus terlalu dingin untuk membentuk awan es. Namun, para ilmuwan meyakini dua planet raksasa itu sebenarnya juga memiliki awan air, hanya keberadaannya tertutup oleh selimut awan es amonia.

Faherty mengatakan penemuan planet yang sebagian berawan sangat penting. Sebab, selain Bumi, dua planet lain yang juga paling berawan adalah Venus dan Yupiter. Dua planet itu diselimuti awan yang membuat permukaannya sulit untuk diamati.

DAILYMAIL | MAHARDIKA SATRIA HADI



Berita Terpopuler:
Bahaya, Akun Gmail di Ponsel Android Mudah Diretas
Google Earth Bantu Temukan Lokasi Latihan ISIS
Mamalia Laut Bawa Tuberkulosis ke Amerika

Advertising
Advertising

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

45 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya