TEMPO.CO, Lancaster - Di beberapa bagian Afrika, mitos ebola yang dibawa petugas kesehatan memang menyebar luas. Namun dari manakah ebola berasal?
Wadah ebola--tempat virus bersembunyi dan menyebar ke manusia--memang belum diketahui pasti. Meski begitu, para ahli memprediksi migrasi kelelawar dapat menjadi penyebab dominan virus mematikan ini. “Memang ada kasus yang asalnya dari kelelawar, tapi belum ada bukti kuat,” ujar Derek Gatherer, peneliti bioinformatika dari Lancaster University, Inggris.
Kasus Ebola pada manusia pertama diketahui pada 1976. Saat itu wabah simultan terjadi di Sudan dan Republik Kongo. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) mencatat hampir 600 orang tewas lantaran endemik tersebut. (Baca: WHO Butuh Dana Rp 11,9 Triliun untuk Lawan Ebola)
Hampir 20 tahun kemudian, tepatnya pada 2005, para peneliti mencari wadah utama ebola dari seribu hewan kecil di negara-negara Afrika tengah, seperti Gabon dan Kongo. Mereka menguji 679 kelelawar, 222 ekor burung, dan dan 12 vertebrata kecil di darat.
Dari penelitian tersebut, satu-satunya hewan yang ditemukan mungkin membawa ebola adalah kelelawar, khususnya tiga spesies kelelawar pemakan buah. Yakni, kelelawar berkepala palu, sebagian kelelawar buah, dan sedikit dari spesies kelelawar berkerah.(Baca: Vaksin Pencegah Ebola Diuji Coba ke Manusia)
Setidaknya dua spesies kelelawar tersebut juga ditemukan di Guinea, yang menjadi tempat wabah ebola di Afrika Barat. “Kemungkinan besar memang kelelawar penyebab awal wabah,” ujar Gatherer, seperti dikutip Livescience.com, Selasa, 23 September 2014.
Para peneliti pun saat ini mengambil beberapa sampel kelelawar di Guinea untuk melihat apakah tes tersebut positif terhadap ebola. Wabah ini telah menjangkiti 5.000 orang dan lebih dari 2.500 lainnya meninggal hingga saat ini.
Gatherer menuturkan salah satu cara untuk meminimalkan penyebaran adalah tidak mengkonsumsi daging kelelawar. Misalnya, sup kelelawar yang terkenal di daerah Guinea.
Pejabat di Guinea telah mengambil langkah larangan konsumsi daging kelelawar sejak Maret lalu. Namun tak cukup dengan itu, ujar Gatherer, harus ada pemusnahan daging kelelawar yang dijual bebas. (Baca: WHO: Dunia Menyepelekan Ebola)
Menurut Gatherer, penelitian urutan genetik terhadap ebola di manusia dan kelelawar juga harus terus dilakukan. Tujuannya, lebih memastikan cara penyebaran virus. “Karena bisa saja virus disebarkan ke manusia saat kelelawar terbang,” tuturnya. Sebab, temuan sebelumnya menyatakan ebola disebarkan melalui kelelawar di Afrika Tengah dan Barat selama sepuluh tahun terakhir.
AMRI MAHBUB
Baca juga:
Golkar Terbelah Hadapi Voting RUU Pilkada
PDIP: Koalisi dengan PAN dan PPP Sudah Final
Resmi, Demokrat Dukung Pilkada Langsung
Gadis Ini Dipaksa Ibunya Tidur dengan 1.800 Pria
Bentrok TNI-Polri Terkait Penggerebekan BBM