PBB Menilai REDD+ Academy di Indonesia Sukses
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 7 November 2014 19:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur United Nations Office for REDD+ Satya S. Tripathi mengatakan pelaksanaan REDD+ Academy pertama di dunia berlangsung sukses. “Langkah ini menjadi pertanda bahwa kawasan Asia-Pasifik telah melakukan sesuatu yang berbeda bagi keberlanjutan pembangunan,” kata Satya di Hotel Double Tree, Jakarta, Jumat, 7 November 2014.
Puluhan peserta pelatihan dari media dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat serta perwakilan negara-negara di Asia-Pasifik menerima sertifikat setelah mengikuti pelatihan di Yogyakarta dari PBB. Adapun sertifikat diberikan di Jakarta, karena anggota DPR dan sebagian besar wartawan bertugas di Ibu Kota. Pelatihan berlangsung selama tiga-sepuluh hari dalam beberapa sesi dan kelas. (Baca: Bukan Obat Mujarab Penyelamatan Gambut.)
Satya mengatakan REDD+ merupakan salah satu area perubahan iklim, mitigasi, dan adaptasi yang paling dinamis dan menjanjikan. Kerangka di Warsawa menyatakan bahwa REDD+ berada pada garis paling depan dalam proses negosiasi iklim internasional. "Dan kami optimistis dalam menghadapi konferensi di Lima, bulan depan," kata Satya.
Menurut Satya, pendidikan dalam REDD+ Academy bukan hanya soal belajar terminologi dan konsep yang benar. “Namun wadah ini disediakan untuk membantu Anda dalam memahami tantangan di negara Anda, kawasan dan yang dihadapi dunia. Serta menyediakan perangkat dan kepercayaan diri untuk mencoba dan mengubah dunia,” katanya.
"Inti dari REDD+ Academy bukan untuk menyatakan bahwa REDD+ adalah hal mudah. Bahkan mungkin lebih sulit dibanding ketika Anda mulai belajar tentang itu," kata pria kelahiran India itu.
Kepala Badan Pengelola REDD Indonesia Heru Prasetyo mengatakan para peserta telah mendapat pengetahuan dari para ahli selama pelatihan. "Sekarang Anda sudah memahami istilah-istilah yang berkaitan dengan REDD+,” katanya tersenyum.
Ia juga menyatakan terima kasihnya atas dukungan yang diberikan PBB, juga beberapa negara serta institusi yang terlibat selama ini. “Tetapi persoalan REDD+ ini bukan hanya milik Indonesia. REDD+ milik semua negara,” katanya. Pasalnya, penurunan emisi gas rumah kaca tidak dapat dilakukan sendirian.
Perwakilan dari Papua Nugini, Sonia Baine, menyatakan senang telah mengikuti kursus yang bersifat interaktif dan disertai dengan kunjungan ke hutan rakyat di Semoyo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, ini. Ia juga kagum terhadap keindahan Borobudur dan Prambanan.
Selanjutnya, REDD+ Academy kedua akan dilaksanakan di Amerika Latin, pada awal 2015. Lalu di Nigeria, Afrika.
MARTHA WARTA SILABAN
Baca juga:
Jokowi Hapus Anggaran Promosi Kementerian
Owa Jawa Asal Inggris Dilepas di Gunung Tilu
Menkeu Kritik Kriminalisasi Penyidik Pajak
Menteri Sudirman Mengaku Sudah Lapor Kekayaan