Di AS, Pemanasan Global Dongkrak Intensitas Petir  

Reporter

Rabu, 19 November 2014 17:12 WIB

Mandalay Bay Resorts and Casino (kiri) dan Luxor tersambar petir di Las Vegas, Nevada, Amerika, 7 Juli 2014. REUTERS/Gene Blevins

TEMPO.CO, Berkeley - Hasil pemodelan iklim memprediksi peningkatan 50 persen sambaran petir yang terjadi di seluruh Amerika Serikat sebagai dampak perubahan iklim. Hasil studi kelompok ilmuwan dari University of California, Berkeley, ini dilaporkan dalam jurnal Science, pekan lalu.

David Romps, pemimpin penelitian yang juga peneliti di Lawrence Berkeley National Laboratory, melihat prediksi tersebut dari curah hujan dan awan apung pada sebelas pemodelan iklim berbeda. "Efek gabungan keduanya akan menghasilkan banyak muatan listrik yang turun ke tanah," katanya, seperti dikutip dari Sciencedaily, Rabu, 19 November 2014.

Menurut Romps, imbas lain adalah badai akan menjadi lebih eksplosif. Uap air yang berada di atmosfer, kata dia, menjadi bahan bakar utama ledakan. Pemanasan di udara menyebabkan uap air bertambah banyak. "Pengapian akan menjadi lebih besar," ujar Romps. (Lihat: Petir Menyambar Gedung World Trade Center di New York)

Semakin banyak sambaran petir berarti semakin banyak manusia yang berisiko terkena petir. Romps memprediksi jumlah korban akan mencapai ratusan, bahkan ribuan orang, tiap tahun. Namun dampak yang lebih signifikan adalah kebakaran hutan. Sebab, bertambahnya petir juga menghasilkan nitrogen oksida di atmosfer.

Meskipun beberapa studi tentang petir sudah diterbitkan, tak ada yang memberikan solusi untuk mengantisipasi risiko tersambar. Penelitian Romps dan Jacob Seeley ini mencoba memprediksi pergerakan petir dan mencari jalan untuk menahannya. (Baca: Pemanasan Global Ancam Menenggelamkan Pulau)

Dalam studinya, Romps dan Seeley menemukan bahwa petir muncul dari pemisahan muatan dalam awan. Pemisahan tersebut dibantu oleh muatan uap air dari partikel es berat yang naik ke atmosfer.

Pengendapan air di atmosfer tersebut lalu berubah menjadi petir. Cepat-lambatnya proses perubahan air, kata dia, ditentukan oleh faktor yang disebut CAPE (convective available potential energy). Faktor ini diukur menggunakan instrumen berbentuk balon bernama radiosonde yang dilepaskan dua kali sehari.

Tim peneliti kemudian menggunakan data Badan Pemantau Iklim Amerika untuk membandingkan hasil pengukuran radiosonde dan data serangan petir dari National Lightning Detection Network dari University of Albany. Romps pun menyimpulkan, 77 persen dari sambaran petir bisa diprediksi. "Kami terhenyak dengan bagusnya alat ini dalam memprediksi terjadinya petir," ujar Romps.

Penelitian mereka tidak berhenti di situ. Romps dan Seeley juga menganalisis sebelas pemodelan iklim dengan data dari Coupled Model Intercomparison Project (CMIP5). Lembaga ini didirikan untuk menciptakan pemodelan iklim dan menyediakan protokol standar untuk mempelajari atmosfer.

Hasil pembandingan dari pemodelan tersebut mengungkap kenaikan suhu rata-rata global. "Diprediksi mengalami peningkatan 11 persen per derajat Celsius pada akhir abad ini," ujar Romps. Berdasarkan pemodelan, Romps melihat ada peningkatan sebesar 50 persen serangan petir ke bumi pada 2100.

Pada masa mendatang, Romps berencana melihat proses peningkatan petir yang terjadi di seluruh Amerika. "Juga mengeskplorasi proses terjadinya petir yang dapat memperlihatkan konveksi atmosfer," ucapnya.



SCIENCEDAILY | AMRI MAHBUB

Berita Lainnya:
Beda Jokowi dan SBY dalam Umumkan Kenaikan BBM
Di Negara Ini Harga BBM Turun Tapi Tetap Mahal
BEM Indonesia Akan Turunkan Jokowi

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya