Satelit Soil Moisture Active Passive (SMAP) yang diangkut roket Delta 2 ini bertugas melacak keberadaan air tanah, yang dapat membantu warga di wilayah rendah untuk mengantipasi banjir dan bersiap menghadapi musim kemarau panjang (Baca: Hujan Meteor Geminid Warnai Langit Akhir Pekan).
Manajer peluncuran NASA, Tim Dunn, mengatakan peluncuran SMAP tidak mengalami kendala berarti. Saat satelit mencapai ketinggian 692 kilometer, ilmuwan akan mengoperasikan dua instrumen untuk mengukur kelembapan tanah di Bumi. Tujuannya, untuk menciptakan peta global kondisi tanah dalam resolusi tinggi.
Ilmuwan berharap data satelit ini akan meningkatkan kemampuan memprediksi banjir dan musim kemarau panjang.
"Data ini tidak hanya menguntungkan ilmuwan dalam lebih memahami planet kita, satelit ini adalah pembuat rencana dan kebijakan darurat," kata Geoffery Yoder, wakil administrator program NASA, seperti dilansir The Hindu, kemarin.
Selama ini, peta kekeringan dan pengingat banjir di beberapa negara dibuat berdasarkan grafik komputer. Satelit SMAP mampu mengukur kondisi tanah secara lebih mendetail.
Selain SMAP, roket Delta 2 juga membawa tiga satelit nano untuk JPL, Universitas Montana State, dan Universitas California Polytechnic State. Lebih dari 100 mahasiswa terlibat dalam pembuatan tiga satelit nano bernama CubeSats tersebut (Baca juga: Pesawat Antariksa Eropa Data 70 Ribu Planet Alien ).
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta
5 hari lalu
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta
Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah