TEMPO.CO, California – Pesawat ruang angkasa Mars Atmosphere and Volatile Evolution (MAVEN) milik NASA berhasil menyelesaikan misi pertama dari lima ekspedisi yang direncanakan. Ekspedisi pertama ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang Planet Mars dari ujung atmosfer sampai ke bagian bawah planet.
“Kami melakukan pengukuran sepanjang 150 kilometer sampai 6.200 kilometer,” kata Bruce Jakosky, peneliti utama MAVEN dari University of Colorado, seperti dikutip dari Sciencedaily, Selasa, 24 Februari 2015. Jakosky bercerita, selama ekspedisi MAVEN terbang sampai di daerah terendah Planet Merah tersebut yang disebut periapsis, sekitar 125 kilometer dari atmosfer.
Ekspedisi dimulai dari titik 25 kilometer. Di titik ini, kata dia, MAVEN mengukur ke bagian atas atmosfer yang lebih rendah. Menurut dia, kepadatan atmosfer sepuluh kali lebih rendah mulai di titik 150 kilometer.
Meski begitu, Jakosky mengatakan, ada hal yang menarik dari ekspedisi ini. “Ada transisi dari atmosfer yang rendah ke atmosfer yang lebih tinggi sebelum akhirnya menyentuh ruang angkasa,” ujarnya.
Ekspedisi MAVEN dimulai pada 10 Februari dan berakhir pada 18 Februari 2015. Tiga hari pertama pesawat ini hanya mengarungi wilayah periaspsis tersebut. Ekspedisi ini, kata Jakosky, memiliki target untuk menyelesaikan pengamatan di 20 orbit. Dia beranggapan, ke-20 orbit tersebut mewakili Mars secara keseluruhan.
Data hasil ekspedisi MAVEN sedang dianalisis dalam beberapa pekan ke depan. Tim astronom akan menggabungkan gambaran yang didapatkan pesawat dengan proses perjalanannya.
Salah satu tujuan utama dari misi MAVEN ialah memahami proses terlepasnya atmosfer di Mars ke angkasa. “Juga tentang sejarah iklim planet dari waktu ke waktu,” kata Jakosky.
SCIENCEDAILY | AMRI MAHBUB
Berita terkait
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa
48 hari lalu
Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.
Baca SelengkapnyaRaih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda
27 November 2023
Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.
Baca SelengkapnyaBRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaMembuka Jalan untuk Gibran
26 September 2023
Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.
Baca SelengkapnyaKepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan
21 September 2023
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.
Baca SelengkapnyaMisi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?
27 April 2023
Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaSejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia
17 Januari 2023
Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.
Baca SelengkapnyaAS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa
9 Desember 2022
China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko
Baca SelengkapnyaBRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti
30 November 2022
Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15
3 Agustus 2022
Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.
Baca Selengkapnya