TEMPO.CO, Kiel - Tak seorang pun pernah melihat pasangan cumi-cumi vampir di alam liar. Tapi, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology edisi 20 April 2015 mengungkap makhluk laut dalam ini memiliki strategi reproduksi yang dapat membedakan mereka dari cumi-cumi lainnya.
Saat sebagian besar spesies cumi-cumi dan gurita betina hanya memiliki satu siklus reproduksi sebelum mati, cumi vampir memiliki puluhan siklus pembuatan telur dalam hidup mereka. Temuan ini menunjukkan cumi vampir dapat hidup beberapa tahun lebih lama dari cumi dan gurita pesisir.
Saat proses kawin, cumi jantan memberikan betina sepaket sperma. "Kemudian betika akan memobilisasi paket sperma tersebut setelah siap untuk melepaskan telur-telurnya," kata Henk-Jan Hoving dari GEOMAR Helmholtz Centre for Ocean Research Kiel di Jerman, seperti dikutip dari Live Science. Namun, proses mobilisasi paket sperma tersebut belum terungkap lebih lanjut.
Kemampuan menghasilkan telur lebih banyak ini terungkap saat Hoving dan rekan-rekan penelitiannya membedah spesimen ovarium dari 40 vampir betina yang diawetkan dalam stoples alkohol sejak 1960-an di Santa Barbara Museum of Natural History.
Betina, yang beratnya hanya 448 gram dengan panjang 10 sentimeter, mampu merilis setidaknya 3.800 telur sebelum menjelang ajal. Tapi, dalam ovariumnya, masih tersimpan sekitar 6.500 sel telur yang belum matang untuk pemijahan berikutnya.
Hoving dan tim menghitung kemungkinan melahirkan tersebut. Jika dalam ovarium rata-rata terdapat 100 telur, betina setidaknya telah bertelur sebanyak 38 kali dan siap untuk bertelur sebanyak 65 kali lagi.
Dari angka ini, para peneliti menduga cumi vampir dewasa mampu hidup selama delapan tahun, lebih lama dari cumi dan gurita biasa yang hanya bisa hidup selama dua tahun. "Umur merupakan parameter penting untuk memahami bagaimana ekosistem habitat bekerja," kata Hoving.
Cumi vampir memiliki nama ilmiah Vampyroteuthis infernalis, yang artinya "cumi vampir dari neraka". Nama yang cukup menakutkan, tapi kelakuannya tidak semenakutkan namanya.
Nama tersebut diambil dari habitat mereka. Yakni, kedalaman 3.000 meter di bawah permukaan, perairan gelap dengan kadar oksigen rendah, dan tentunya dingin. Karena habitat tersebut, cumi vampir memiliki metabolisme rendah dan hanya mengkonsumsi makanan rendah kalori, seperti gumpalan partikel yang tenggelam dan salju laut.
LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya