Peneliti IPB, Populasi Kerbau Terancam Punah  

Reporter

Jumat, 24 April 2015 05:13 WIB

Peserta menggiring kerbau-kerbaunya jelang ikuti ajang Barapan Kebo dalam Festival Moyo di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 1 Oktober 2014. (Ulet Ifansasti/Getty Images)

TEMPO.CO,Bogor: Populasi hewan kerbau yang ada di Indonesia terus mengalami penurunan. Tiap tahunnya, penurunan itu mencapai tiga persen. Jika tidak ada perhatian pemerintah, tidak menutup kemungkinan populasi kerbau di Indonesia terancam punah.

"Dalam kurun 20 tahun kebelakang ini terjadi penurunan jumlah populasi kerbau di Indonesia, diperkirakan sudah mencapai 50 persen," kata Guru Besar Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Dr Cece Sumantri saat Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB, Kamis, 23 April 2015.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 3 juta ekor kerbau yang ada di Indonesia pada tahun 1995, saat ini jumlahnya tinggal mencapai 1,7 juta ekor. Berarti terjadi penurunan jumlah populasi dalam kurun waktu dua tahun mencapai 50 persen.
"Jika tidak ada upaya lebih dari pemerintah maka mendorong populasi kerbau yang menjadi ternak asli Indonesia ini bisa terus menyusut populasinya bahkan terancam punah dalam beberapa dekade ke depan," kata dia.

Terus menyusutnya jumlah populasi kerbau diakibatkan banyaknya alih fungsi lahan yang awalnya padang rumput atau dataran terbuka menjadi perumahan, "Ditambah lagi tidak adanya ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan budidaya dan beternak kerbau, dan lebih memilih memelihara sapi," katanya.

Bahkan, konsumsi daging kerbau di masyarakat Indonesia masih kecil, diperkirakan hanya 1 persen. Padahal daging kerbau memiliki tekstur daging yang lebih nikmat dibanding sapi, "Serat daging kerbau pun lebih besar dibandingkan sapi," kata dia.

Dari segi pemanfaatan susunya, dalam satu kilo keju yang dihasilkan hanya memerlukan susu kerbau sebanyak 3 liter, sementara jika susu sapi untuk membuat satu kilo keju membutuhkan 5 liter, "Tenaga kerbau pun cukup kuat dan dapat dimanfaatkan untuk mengolah dan membajak sawah, " kata dia.

Menurut dia, untuk meningkatkan kwalitas ternak termasuk kerbau agar lebih unggul dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan teknologi dan aplikasi Bioteknologi genetika molukuler, sehingga menjadi alternatif untuk perbaikan genetik.

"Penerapan teknologi bisa menjadi cara efektif dalam pengelolaan dan perbaikan genetik, sehingga memiliki kwalitas yang unggul, sesuai dengan permintaan dan kebutuhan masyarakat," kata dia.

M SIDIK PERMANA

Berita terkait

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

4 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

5 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

7 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

11 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

11 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

13 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

15 hari lalu

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.

Baca Selengkapnya

Pasangan Lansia di Selandia Baru Tewas Diseruduk Domba

15 hari lalu

Pasangan Lansia di Selandia Baru Tewas Diseruduk Domba

Pasangan suami istri lanjut usia di Selandia Baru tewas setelah diseruduk domba jantan di sebuah peternakan. Oleh polisi, domba itu ditembak mati.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

16 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Menantu Jokowi dari Wali Kota Medan Niat Maju ke Pilgub Sumut 2024, Berikut Karier Politik dan Usaha Bobby Nasution

17 hari lalu

Menantu Jokowi dari Wali Kota Medan Niat Maju ke Pilgub Sumut 2024, Berikut Karier Politik dan Usaha Bobby Nasution

Wali Kota Medan, Bobby Nasution akan mengambil formulir Pilgub Sum dari partai-partai, kecuali PDIP. Menantu Jokowi ini lulusan mana?

Baca Selengkapnya