TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan selama ini mencari solusi untuk menekan laju pemanasan global yang dipicu volume karbon yang berlebihan. Tapi ternyata alam punya mekanisme sendiri untuk mengatasinya, yakni lewat jaringan sungai.
Ilmuwan dari Woods Hole Oceanographic Institution di Boston, Amerika Serikat, berhasil mengidentifikasi peran sungai dalam mengurangi laju pemanasan global. Riset tersebut sudah dipublikasikan dalam jurnal Nature edisi 14 Mei 2015.
"Sungai bertindak sebagai sistem sirkulasi bumi, mereka menghanyutkan karbon ke laut dan mengurangi secara signifikan volume karbon dioksida yang bisa kembali ke atmosfer dalam bentuk gas rumah kaca," kata pakar geokimia, Valier Galy, seperti dikutip dari Science Daily, Senin, 18 Mei 2015.
Galy melibatkan dua koleganya, Bernhard Peucker-Ehrenbrink dan Timothy Eglinton untuk mengambil sampel pada 43 sistem sungai yang mengalir di seluruh dunia. Pemilihan sampel didasarkan pada kondisi geologi, iklim, vegetasi, dan tingkat pencemaran lingkungan oleh manusia.
Hasil riset Galy mencatat sungai mampu membawa 200 megaton atau setara 200 juta ton karbon dioksida ke laut. Jumlah itu, Galy menambahkan, masih sekitar 0,02 persen dibanding total volume karbon dioksida yang ada di atmosfer. "Tapi jumlah karbon dioksida yang diurai bakal meningkat hingga 20 persen sampai seribu tahun mendatang," dia menambahkan.
Galy mengurai umumnya karbon dioksida (CO2) diubah menjadi karbon organik lewat fotosintesis. Tapi, kebanyakan karbon itu kembali ke atmosfer saat tumbuhan itu mati dan terurai oleh tanah. Sebagian kecil dari material itu lantas berakhir di sungai dan hanyut terbawa sampai ke laut.
Don Rice, Program Director pada National Science Foundation's Division of Ocean Sciences, lembaga yang mendanai riset Galy menyambut positif hasil riset tersebut. "Studi ini mengungkap pentingnya hubungan antara volume karbon dengan siklus sungai," kata Rice.
SCIENCE DAILY | RAYMUNDUS RIKANG
Berita terkait
6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia
29 Mei 2023
Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.
Baca SelengkapnyaMahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan
14 September 2022
Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?
3 Juni 2022
Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.
Baca SelengkapnyaKetika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong
24 September 2021
Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.
Baca SelengkapnyaPerbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?
31 Agustus 2021
Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?
Baca SelengkapnyaCiri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?
31 Agustus 2021
Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?
Baca SelengkapnyaFaisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara
20 April 2021
Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.
Baca SelengkapnyaBMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami
6 April 2021
BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.
Baca SelengkapnyaMensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming
18 Januari 2021
Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.
Baca SelengkapnyaCegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta
15 Oktober 2019
Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.
Baca Selengkapnya