TEMPO.CO, Washington - Ikan salmon memiliki tanda kimia strontium di "tulang kuping” mereka yang memungkinkan para saintis mengidentifikasi sungai tempat ikan menetas dan hidup sebelum mereka tertangkap di laut. Alat ini dapat membantu menemukan habitat kritis ikan yang terancam oleh perubahan iklim, pengembangan industri, dan penangkapan ikan berlebih.
"Dengan menggunakan metode ini, kami dapat melacak tempat salmon lahir, mereka pindah, dan saat mereka tumbuh di sungai dan anak sungai," kata ahli geokimia Universitas Utah Amerika Serikat Diego Fernandez, dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Science Advances, 15 Mei 2015.
Metode ini bisa berguna untuk melindungi ikan dan memahami berapa banyak salmon yang bisa di ambil dari alam. Strontium, memilik nomor atom 38, merupakan logam lunak seperti timah. Warnanya kekuningan.
Para peneliti dari Universitas Utah, Universitas Washington dan Universitas Alaska Fairbanks serta US Geological Survey menganalis rasio isotop strontium di otoliths- juga dikenal sebagai batu telinga atau tulang telinga - dari 255 salmon Chinook yang tertangkap di barat daya Bristol Bay, Alaska.
Mereka meneliti di mana tempat ikan menetas dan menghabiskan waktu di tujuh tempat yang berbeda. Dua sampai lima tempat di dalam DAS Sungai Nushagak, sungai terbesar ketiga barat Alaska.
Siklus hidup salmon dimulai di perairan tawar sungai. Di sini telur mereka menetas dan awal kehidupan dimulai. Tetasan ikan salmon yang disebut “alevin” hidup di antara tumpukan kerikil di dasar sungai memakan plankton. Setelah pasokan makanan habis, mereka akan keluar dari dasar sungai, tumbuh, dan berkembang.
Mereka kemudian bergerak ke muara sungai dan lautan lepas. Kelak, setelah berpetualang 4-7 tahun di lautan, mereka akan kembali ke air tawar setelah siap bereproduksi. Ketika saatnya untuk mereproduksi, salmon meninggalkan laut dan berenang ke sungai untuk bertelur dan mati. Anak salmon tumbuh di sungai air tawar, berenang ke laut dan mencapai dewasa.
Penelitian ini melibatkan otoliths salmon Chinook, batu yang ditemukan di kanal telinga ikan. Tidak seperti tulang, yang merupakan kalsium fosfat, otoliths adalah kalsium karbonat dan fungsi seperti telinga bagian dalam, yang terlibat dalam orientasi, keseimbangan, dan merasakan suara. Mereka berbentuk belah ketupat dan jangkauannya hingga setengah inci panjangnya di dalam tubuh salmon.
Brennan mengumpulkan otoliths dari salmon Chinook yang diturunkan dari kapal di pengalengan Peter Pan Seafoods di Dillingham, Alaska. Di sana salmon komersial musiman dan chinook ditangkap secara insindental.
Di Universitas Utah, otoliths dipotong memanjang. Kemudian laser merangsang setiap otolith berulang kali, dari dalam ke lapisan luar, memberikan contoh dengan mengubah rasio strontium isotop dari waktu ikan menetas sampai setelah memasuki laut. "Ada ribuan pengukuran pada setiap otolith," kata ahli geokimia Universitas Utah, Thure Cerling.
Studi ini menemukan 71 persen dari salmon chinook yang dianalisis berasal hanya tiga dari tujuh kelompok aliran di DAS Nushagak. Salah satu cekungan merupakan rumah bagi 27 persen dari Chinook tersebut. "Jika Anda tahu beberapa persentase pergi ke sungai, Anda tahu aliran sungai yang penting," kata Fernandez.
Pelacakan ikan dengan rasio isotop strontium mengungkapkan salmon Chinook memiliki empat sejarah kehidupan yang berbeda: 72 persen dari ikan tinggal di tempat mereka menetas sampai mereka berenang ke hilir ke Bristol Bay dan Pasifik; 17 persen tinggal di sebagian tempat mereka menetas, kecuali untuk terjun singkat ke hilir di bawah sungai Nushagak sebelum berenang ke laut.
Lalu 7 persen berenang ke aliran sungai yang lain tempat mereka menetas, kemudian tinggal di sana sampai melaut; dan 4 persen meninggalkan tempat kelahiran mereka untuk berenang ke aliran sungai lain, dan kemudian membuat terjun ke sungai yang lebih rendah sebelum menuju laut.
Kini, kata Fernandez, salmon liar di seluruh dunia berada di bawah tekanan oleh banyak kepentingan: pertambangan, penebangan, bendungan hidroelektrik, penetasan, industri, dan komersial, olahraga dan penangkapan.
"Gangguan populasi salmon dari iklim yang berubah dengan cepat dan gangguan skala yang lebih kecil seperti kehilangan habitat atau kontaminasi dari pengembangan industri aliran air tawar yang merupakan tempat pemijahan ikan salmon," kata ketua tim peneliti Universitas Washington,Sean Brennan.
Tanpa mengetahui habitat yang memproduksi ikan dan apa habitat yang digunakan oleh ikan selama periode kritis kehidupan mereka, menurut dia, sangat sulit untuk memahami bagaimana populasi mungkin menanggapi beberapa gangguan dan untuk merancang strategi konservasi yang efektif.
Studi ini mengungkapkan tempat masing-masing ikan menetas dan tinggal di sebuah peta yang menunjukkan tujuh kode warna yang berbeda dari sungai pada 90-150 mil DAS Nushagak. Setiap warna mewakili berbagai rasio strontium isotop. Cerling mencatat hampir 30 persen dari salmon memiliki sejarah kehidupan yang lebih kompleks daripada sekedar menetas dan tumbuh di satu tempat.
SCIENCE DAILY | AHMAD NURHASIM
Berita terkait
Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB
15 hari lalu
Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.
Baca SelengkapnyaProdi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya
15 hari lalu
Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.
Baca SelengkapnyaProgram Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya
18 hari lalu
Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.
Baca SelengkapnyaPolusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga
20 Februari 2024
Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.
Baca SelengkapnyaKatak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana
11 September 2023
Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.
Baca SelengkapnyaOrca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar
23 Mei 2023
Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.
Baca SelengkapnyaBedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris
16 Desember 2022
Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.
Baca SelengkapnyaIg Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris
21 September 2022
Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.
Baca SelengkapnyaJeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup
23 Juli 2022
Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.
Baca Selengkapnya3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi
16 Juni 2022
Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?
Baca Selengkapnya