TEMPO.CO, Jakarta - Ular bergerak dengan cara melata --menggunakan otot dan sisik bawah tubuhnya-- karena tak punya kaki. Hasil riset terhadap fosil, gen, dan anatomi 73 spesies ular dan kadal menunjukkan leluhur ular adalah predator ahli yang memiliki tungkai belakang kecil mirip kaki. Tungkai mereka juga dilengkapi pergelangan kaki dan jari.
Penelitian yang dipimpin ilmuwan dari Universitas Yale, Amerika Serikat, mengindikasikan ular ternyata pertama kali berevolusi di darat bukan di laut seperti yang diyakini selama ini. Laporan riset yang dimuat dalam jurnal BMC Evolutionary Biology memperkirakan nenek moyang ular berasal dari ekosistem hutan hangat di bagian selatan sekitar 128 juta tahun silam.
Keluarga ular memiliki keragaman spesies yang banyak. Ada lebih dari 3.400 jenis yang hidup di berbagai habitat, mulai dari hutan, dataran kering, hingga air. Namun asal-muasal mereka sangat sedikit diketahui. Peneliti utama Allison Hsiang menyatakan asal ular sudah menjadi perdebatan panjang. "Dengan mempelajari 73 fosil dan anatomi ular dan kadal hidup maupun yang punah, kami bisa menyusun ulang secara komprehensif bagaimana rupa nenek moyang ular," katanya seperti ditulis laman Eurekalert, 19 Mei 2015.
Rekonstruksi yang disusun peneliti menunjukkan nenek moyang ular berkembang di daratan. Mereka muncul di pertengahan periode Kapur (Cretacious) Awal sekitar 128,5 juta tahun silam dari kontinen purba Lauresia. Di periode yang sama juga terjadi perkembangan pesat sejumlah spesies mamalia dan burung.
Ular-ular purba itu diduga mengincar mangsa vertebrata dan invertebrata bertubuh lunak. Analisis struktur tubuh menunjukkan nenek moyang ular belum memiliki kemampuan memangsa buruan bertubuh besar karena tak punya kemampuan melilit yang kuat seperti yang dimiliki Boa Pelilit.
Berbeda dengan nenek moyang reptil yang sebagian besar aktif di siang hari, ular purba justru tergolong binatang malam. Kebiasaan beraktivitas di siang hari muncul sekitar 45 juta tahun lalu berbarengan dengan kemunculan Colubroidea, keluarga ular yang melahirkan lebih dari 85 persen spesies ular yang hidup saat ini.
Kemampuan ular untuk menempati wilayah yang luas selama masa evolusi karena mereka bisa bergerak jauh. Ular diperkirakan bisa bergerak dalam radius hingga 110.000 kilometer persegi. Wilayah yang ditempuh ular 4,5 kali lebih besar dibanding kadal. Ular juga mampu menempati lingkungan yang biasanya menghalangi persebaran hewan darat. Mereka juga berhasil menguasai habitat air beberapa kali dalam sejarah evolusi.
SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya