TEMPO.CO , Jakarta:Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature mengungkapkan organisme purba Fractofusus memiliki pola reproduksi yang kompleks. Organisme yang hidup di laut 565 juta tahun lalu itu ternyata memiliki dua cara reproduksi.
Cara pertama, organisme tersebut akan mengeluarkan keturunan dari tubuhnya seperti tanaman spider plant atau strawberry. Cara kedua, organisme memproduksi biji atau tunas ke gumpalan laut. Cara tersebut membuat organisme purbakala ini untuk memproduksi kloning yang bisa mengkolonisasi dasar laut.
Fractofusus muncul pada periode Ediakara, periode terakhir dari era Neoproterozoik yang berlangsung dari 635 - 541 juta tahun yang lalu. Fractofusus merupakan salah satu organisme kompleks yang pertama. Ia muncul dari multi sel mikroba sederhana di laut.
Fractofusus memiliki panjang hingga 40 cm dan memiliki bentuk datar dan oval, tersusun dari ranting-ranting kecil yang merentang di dasar lautan. "Organisme itu memiliki susunan tubuh yang sangat berbeda dan unik," kata Emily Mitchell, kepala peneliti dari Universitas Cambridge.
Mitchell juga mengatakan bahwa kita hanya mengetahui sedikit tentang Fractofusus, selain bahwa ia tinggal di laut dalam dan menyerap nutrisi dari gumpalan laut. "Tidak ada yang seperti Fractofusus sekarang ini, sehingga untuk memahaminya sangat, sangat sulit," tambah Mitchell.
Analisis terhadap lapisan fosil yang ditemukan di Newfoundland, Kanada, memberikan pengetahuan baru bagi peneliti ihwal metode reproduksi Fractofusus. Mitchell mengungkapkan bahwa meskipun dua metode tersebut terdengar tidak biasa, sebenarnya banyak tumbuhan yang bereproduksi dengan cara yang sama.
Namun Mitchell menekankan bahwa Fractofusus tidak bisa diklasifikasikan sebagai tumbuhan ataupun hewan. "Fractofusus bukan tumbuhan karena tidak berfotosintesis. Ia juga tidak memiliki ciri seperti hewan. Ia termasuk dalam kelompok eukaryotic yang dikenal dengan rangeomorphs dan kini sudah punah," kata Mitchell.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.