Pemanfaatan Drone Mulai Rambah Dunia Pertanian
Editor
Yocta Nurrahman
Kamis, 17 September 2015 03:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Swadiri Institut menguji coba penggunaan drone atau pesawat tanpa awak untuk mendeteksi kesehatan tanaman pangan di kalangan petani di Dusun Cempaka, Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Rabu.
Direktur Swandiri Institut Hermawansyah di sela uji coba menuturkan, penggunaan drone untuk membantu mendeteksi kesehatan tanaman sudah dilakukan petani di luar negeri. "Misalnya di Eropa, untuk lahan tanaman anggur yang luasnya ratusan hektare, petani menggunakan drone untuk mendeteksi penyakit pada tanaman tersebut," ujarnya.
Beranjak dari aplikasi tersebut, sejak tiga bulan terakhir, Swandiri Institut mulai mengembangkannya untuk lahan pertanian, yang didukung Pulselab Jakarta dan UNDP. "Jadi nanti dapat dilihat mana tanaman yang sehat dan tidak," kata Hermawansyah.
Sungai Kakap dipilih dengan pertimbangan sebagai kawasan pangan di Kalimantan Barat serta memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
Harapan ke depan, penggunaan drone dapat diadopsi pemerintah dan dimaksimalkan untuk meningkatkan produksi petani. "Yang mengelola bisa petugas penyuluh lapangan," tuturnya.
Peneliti dari Swadiri Institut, Arief Munandar, menjelaskan, drone yang digunakan adalah yang berbaling-baling empat dengan kemampuan terbang 150-200 meter. Lama terbang berkisar 25 menit.
Ia menambahkan, untuk mendeteksi kesehatan tanaman, drone tersebut dilengkapi dua jenis kamera, yakni yang khusus infra red dan visible atau biasa. Kemudian, pada ketinggian tertentu, kamera digunakan untuk memotret lokasi yang akan dipantau.
Hasil dari dua kamera tersebut digabung dan disandingkan menggunakan aplikasi tertentu, sehingga menghasilkan gambar yang menunjukkan angka kesehatan tanaman sesuai warna yang ditampilkan. "Yang diambil adalah proses fotosintesis dari tanaman. Untuk tanaman yang sehat, kisarannya dari warna yang sesuai angka 0,4-0,9. Sedangkan yang tidak sehat dari angka 0,1-0,3," tutur Arief.
Petani dapat langsung melihat lokasi mana yang terserang penyakit sehingga upaya pencegahan pun dapat lebih cepat dilakukan.
Arief menambahkan, untuk penggunaan drone, tingkat keakuratan dapat mencapai 2 sentimeter per piksel. Sedangkan kalau menggunakan satelit, tingkat akurasinya hanya pada kisaran 15 x 15 meter. "Batang padi pun dapat dilihat kalau menggunakan kamera di drone," ucapnya.
Pemantauan akan lebih efektif pada satu bulan pertama sehingga lebih mudah untuk dilakukan pencegahan.
ANTARA