Ilmuwan Cina Menciptakan Babi Rendah Lemak

Reporter

Erwin Prima

Editor

Erwin Prima

Selasa, 24 Oktober 2017 19:05 WIB

Babi rendah lemak hasil modifikasi genetika. Kredit: Jianguo Zhao/NPR

TEMPO.CO, Beijing - Ilmuwan Cina telah mengembangkan sebuah penelitian yang unik: babi tanpa lemak. Terobosan terbaru ini menggunakan teknik rekayasa genetika terbaru.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan Senin, 23 Oktober 2017, di Proceedings of the National Academy of Sciences, para ilmuwan melaporkan bahwa mereka telah menciptakan 12 babi sehat yang memiliki sekitar 24 persen lemak babi lebih sedikit daripada babi normal.

Baca: Kisah Warga Tegal Tewas Diserang Babi Hutan

Para ilmuwan menciptakan babi-babi rendah lemak dengan harapan bisa memberi peternak babi-babi yang harganya lebih murah. Selain itu, babi rendah lemak ini murah untuk dibesarkan dan tidak menderita dalam cuaca dingin.

"Selama ini menjadi masalah besar bagi industri babi," kata Zhao Jianguo dari Institute of Zoology di Chinese Academy of Sciences di Beijing, yang memimpin penelitian ini. Menurutnya, penelitian ini sangat menarik.

Hewan ini memiliki sedikit lemak tubuh karena memiliki gen yang memungkinkan mereka mengatur suhu tubuh mereka dengan lebih baik dengan cara membakar lemak. Hal itu bisa menghemat jutaan dolar untuk pemakaian mesin pemanas dalam kandang dan biaya makan, sekaligus mencegah jutaan anak babi menderita dan mati dalam cuaca dingin.

Advertising
Advertising

Baca: Cara Menggerus Kadar Gula dalam Nasi

"Mereka bisa menjaga suhu tubuh mereka jauh lebih baik, yang berarti mereka bisa bertahan lebih baik dalam cuaca dingin," kata Zhao dalam sebuah wawancara.

Peneliti lain menyebut kemajuan yang signifikan. "Ini adalah makalah yang sangat penting secara teknologi," kata R. Michael Roberts, seorang profesor di departemen ilmu hewan di University of Missouri, yang mengedit makalah tersebut untuk jurnal ilmiah tersebut.

Michael menambahkan, "Ini menunjukkan cara agar Anda dapat meningkatkan kesejahteraan hewan sama seperti juga meningkatkan produk dari hewan-hewan itu, yakni melalui dagingnya."

Michael meragukan biro pemeriksaan makanan dan obat Amerika Serikat (FDA) akan menyetujui babi hasil rekayasa genetika untuk dijual di Amerika Serikat. Dia juga skeptis bahwa orang Amerika mau makan daging babi transgenik.

"Saya sangat meragukan bahwa babi ini akan diimpor ke Amerika Serikat dan apakah akan diizinkan memasuki rantai makanan," katanya.

FDA telah menyetujui salmon hasil rekayasa genetika, namun persetujuan tersebut memerlukan waktu puluhan tahun dan telah mendapat tentangan keras dari kelompok pengaman lingkungan dan makanan.

Sebagaian pihak mengatakan bahwa mereka berharap ternak hasil rekayasa genetika pada akhirnya akan lebih dapat diterima oleh regulator dan masyarakat.

"Populasi planet kita diprediksi mencapai sekitar 10 miliar pada tahun 2050, kita perlu menggunakan genetik modern untuk membantu manusia meningkatkan pasokan makanan untuk memberi makan populasi yang tumbuh," kata Chris Davies, seorang profesor bagian obat hewan dari Utah State University di Salt Lake City.

Zhao mengatakan bahwa dirinya meragukan modifikasi genetik akan mempengaruhi rasa daging dari babi."Karena jenis babi yang kami gunakan dalam penelitian ini terkenal dengan kualitas dagingnya, kami berasumsi bahwa modifikasi genetik tidak akan mempengaruhi rasa daging," tulisnya melalui surel.

Para ilmuwan Tiongkok menciptakan hewan menggunakan teknik pengeditan gen baru yang dikenal sebagai CRISPR-Cas9. Ini memungkinkan para ilmuwan untuk membuat perubahan dalam DNA jauh lebih mudah dan tepat daripada sebelumnya.

Babi tidak memiliki gen yang disebut UPC1, yang kebanyakan dimiliki mamalia lainnya. Gen ini membantu hewan mengatur suhu tubuh mereka dalam suhu dingin. Para ilmuwan mengedit versi tikus dari gen tersebut menjadi sel babi. Mereka kemudian menggunakan sel tersebut untuk menciptakan lebih dari 2.553 embrio babi kloning.

Selanjutnya, para ilmuwan menanamkan embrio babi kloning yang dimodifikasi secara genetik tadi ke dalam 13 ekor babi betina. Tiga dari indukan hamil dan menghasilkan 12 ekor anak babi, tulis para peneliti dalam penelitian itu.

Tes pada anak babi tersebut menunjukkan bahwa mereka jauh lebih baik dalam mengatur suhu tubuh mereka daripada babi normal. Mereka juga memiliki sekitar 24 persen lebih sedikit lemak pada tubuh mereka. "Orang suka makan daging babi dengan kandungan lemak lebih rendah," kata Zhao.

RENDRAWATI

Berita terkait

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

6 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

Pria Penerima Ginjal Babi Pertama di Dunia Akhirnya Meninggal

6 hari lalu

Pria Penerima Ginjal Babi Pertama di Dunia Akhirnya Meninggal

Seorang pria penerima transplantasi ginjal babi pertama di dunia meninggal setelah dua bulan operasi pencangkokan. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

11 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

20 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

IPB Buka Fasilitas Penitipan Hewan Peliharaan, dari Kucing sampai Babi

41 hari lalu

IPB Buka Fasilitas Penitipan Hewan Peliharaan, dari Kucing sampai Babi

Fasilitas milik Rumah Sakit Hewan Pendidikan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini diklaim yang terbesar se-ASEAN.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

10 Februari 2024

Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

Sivitas akademika dari puluhan universitas terus melakukan kritik terhadap Jokowi, menjelang Pemilu 2024. Apakah itu sivitas akademika?

Baca Selengkapnya

Mengenal 12 Shio dan Maknanya dalam Kalender Cina

9 Februari 2024

Mengenal 12 Shio dan Maknanya dalam Kalender Cina

Setiap shio mencerminkan sifat dan karakteristik unik yang diyakini mempengaruhi nasib seseorang berdasarkan tahun kelahirannya.

Baca Selengkapnya

Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

25 Januari 2024

Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

Asteroid ini bisa dilihat masyarakat di sekitar Berlin, Jerman, dengan bentuk seperti pancaran sinar bola api.

Baca Selengkapnya

Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

14 Januari 2024

Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

Para ilmuwan menyatakan 'mumi alien' di Peru sebenarnya adalah boneka yang terbuat dari tulang Bumi.

Baca Selengkapnya