Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

Reporter

Afrilia Suryanis

Editor

Amri Mahbub

Selasa, 12 Desember 2017 18:24 WIB

Peneliti Manuel Morrens, memegang otak manusia yang masukan dalam wadah di Rumah Sakit Kejiwaan di Duffel, Belgia, 19 Juli 2017. Rumah sakit jiwa ini telah menampung 3.000 otak manusia yang digunakan sebagai penetian penyakit kejiwaaan manusia. REUTERS/Yves Herman

TEMPO.CO, Cambridge - Kesan apa pun bisa tiba-tiba muncul di otak kita saat melihat selembar foto. Kenangan baik atau buruk mendadak muncul meski kita tidak menginginkannya. Bila kenangan nan manis, mungkin bisa bermanfaat. Sebaliknya, jika memori buruk yang muncul, bahaya akibatnya. Tentu akan membuat kita merasa trauma, mengkhawatirkan atau merenungkan kejadian tersebut.

"Kemampuan kita untuk mengendalikan pikiran sangatlah penting," kata Michael Anderson dari Unit Pengetahuan Otak dan Kognisi di Universitas Cambridge, Inggris.

Ketidakmampuan mengendalikan pikiran buruk merupakan pertanda tidak baik. Sebab, hal itu bisa menyebabkan beberapa gejala penyakit kejiwaan, halusinasi, serta kekhawatiran patologis yang mengganggu. "Ini semua merupakan gejala utama penyakit jiwa, seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), skizofrenia, depresi, dan kecemasan," ujarnya.

Anderson menyatakan, hal itu bergantung pada kemampuan seseorang untuk bisa menghentikan diri dalam mengingat kenangan dan pikiran tertentu serta menghentikan tindakan fisik. "Kita tidak akan bisa bertahan tanpa mampu mengendalikannya," katanya. "Harus ada mekanisme serupa untuk membantu kita menghentikan pikiran yang tidak diinginkan muncul."

Anderson menunjuk wilayah di bagian depan otak yang dikenal sebagai korteks prefrontal yang diketahui memainkan peran kunci dalam mengendalikan tindakan dan punya peran yang sama dalam menghentikan pikiran. Korteks prefrontal bertindak sebagai pengatur utama serta mengendalikan bagian otak lainnya-korteks motor untuk tindakan dan hippocampus untuk kenangan.

Advertising
Advertising

Baca: Fakta Sains di Balik Kegiatan Melamun: Bikin Otak Cerdas

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, pekan lalu, yang dipimpin Taylor Schmitz dan Anderson ini menggunakan prosedur think/no-think untuk mengidentifikasi proses otak baru yang signifikan. Dari situ, mereka bisa melihat kemungkinan keberhasilan korteks prefrontal dalam menghambat pikiran.

Dalam tugas tersebut, peserta mengasosiasikan serangkaian kata dengan kata yang dipasangkan, yang sama sekali tidak berhubungan. Kata-kata itu adalah "cobaan" dengan "kecoak" dan "lumut" dengan "utara".

Selanjutnya, mereka diminta mengingat kata yang berkaitan jika isyarat berwarna hijau atau menolaknya jika isyaratnya berwarna merah. Saat ditunjukkan kata "cobaan" dalam warna merah, mereka diminta menatap kata tersebut tapi harus menghentikan pikiran tentang "kecoak".

Dengan menggunakan kombinasi pencitraan resonansi magnetik fungsional (MRI) dan spektroskopi resonansi magnetik, para periset dapat mengamati apa yang terjadi di area otak utama saat para peserta mencoba menghambat pemikirannya. Spektroskopi memungkinkan peneliti mengukur kimia otak, tidak hanya aktivitas otak seperti biasanya yang dilakukan dalam studi pencitraan.

Baca: Polusi Udara Mengancam Otak Bayi, Simak Risetnya

Anderson, Schmitz, dan tim menunjukkan bahwa kemampuan untuk menghambat pikiran yang tidak diinginkan bergantung pada neurotransmitter-zat kimia di dalam otak yang memungkinkan pesan melewati sel saraf, yang dikenal dengan GABA. GABA adalah neurotransmitter atau "penghambat" utama di otak, dan pelepasannya oleh satu sel saraf dapat menekan aktivitas di sel lain yang terhubung dengannya.

Anderson dan rekannya menemukan bahwa konsentrasi GABA di dalam hippocampus-area kunci otak yang terlibat dalam memori-memprediksi kemampuan orang untuk menghalangi proses pengambilan dan mencegah memikirkan hal yang tidak diinginkan. "Yang menarik dari ini adalah sekarang kita menjadi sangat spesifik," kata Anderson.

Ini langkah maju. Sebab, dalam penelitian sebelumnya, kemampuan menghambat pikiran hanya disebutkan berfokus pada korteks prefrontal-pusat komando. "Sekarang kita dapat mengatakan bahwa neurotransmitter sama penting dan dapat menyimpulkan peran neuron penghambat-yang memungkinkan kita menghentikan pikiran yang tidak diinginkan."

Sebab, menghambat pikiran yang tidak diinginkan adalah sebanyak sel-sel di dalam hippocampus. Para periset pun menemukan, di dalam sampel orang dewasa muda yang sehat, orang dengan GABA kurang efektif kurang mampu menekan aktivitas hippocampal oleh korteks prefrontal.

Baca: Begini Cara Iklan Menggoda Otak Anda

Temuan ini mungkin menjawab salah satu pertanyaan lama tentang skizofrenia. Penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa orang yang terkena skizofrenia memiliki hippocampi "hiperaktif", yang berkorelasi dengan gejala mengganggu seperti halusinasi.

Penelitian post-mortem telah mengungkap bahwa neuron penghambat (yang menggunakan GABA) di hippocampi individu-individu ini terganggu, yang mungkin membuat lebih sulit bagi korteks prefrontal untuk mengatur aktivitas di dalam struktur tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hippocampus gagal menghambat pikiran dan ingatan yang salah, yang dapat bermanifestasi sebagai halusinasi.

Menurut Schmitz, pengaruh lingkungan dan genetik yang menimbulkan hiperaktif di hippocampus mungkin mendasari berbagai gangguan dengan pikiran mengganggu sebagai gejala yang umum. Faktanya, penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas tinggi di hippocampus terlihat pada berbagai kondisi, seperti kegelisahan dan depresi kronis. Semua ini termasuk ketidakmampuan patologis untuk mengendalikan pikiran-seperti kecemasan atau ruminasi yang berlebihan.

Anderson yakin penelitiannya dapat menawarkan pendekatan baru untuk mengatasi gangguan tersebut. "Sebagian besar fokusnya adalah memperbaiki fungsi korteks prefrontal," katanya. "Namun penelitian kami menunjukkan, jika dapat memperbaiki aktivitas GABA di dalam hippocampus, Anda dapat membantu orang menghentikan pikiran yang tidak diinginkan dan mengganggu," ujarnya.

Baca: Tips Mencegah Tumor Otak

Simak artikel menarik lainnya tentang riset otak hanya di kanal Tekno Tempo.co.

SCIENCE DAILY | NATURE COMMUNICATIONS

Berita terkait

Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

16 Januari 2019

Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

Tim ilmuwan dari University of Birmingham dan Cardiff University telah mengungkap bagaimana otak manusia merekontruksi atau menyusun kenangan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

21 November 2018

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

Dua peneliti syaraf dari Universitas California Riverside, dalam sebuah riset mencoba menjawab bagaimana cara menghilangkan rasa takut.

Baca Selengkapnya

Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

8 November 2018

Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

Riset terbaru hasil kolaborasi dari Kaspersky Lab dan University of Oxford mengungkap otak manusia akan menjadi target serangan hacker.

Baca Selengkapnya

Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

27 Desember 2017

Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

Usus disebut sebagai otak kedua. Kalau kondisi usus baik, maka saraf di usus akan mengirimkan sinyal-sinyal positif ke otak

Baca Selengkapnya

10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

15 Desember 2017

10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

Ada 10 hal yang bisa menambah daya ingat seseorang. Dua di antaranya adalah makan permen karet dan menonton komedi.

Baca Selengkapnya

Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

9 Desember 2017

Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

Peneliti mengidentifikasi jaringan otak yang terlibat dalam pembelajaran berjalan pada bayi, sebuah temuan yang bisa membantu memprediksi autisme.

Baca Selengkapnya

Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

9 November 2017

Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

Pikiran tentang hal-hal buruk ternyata bisa mencerminkan kesehatan manusia. Misalnya tak bisa berhenti memikirkan pengalamam buruk. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

24 Oktober 2017

Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

Hidung, sebagai Indra penciuman ternyata memiliki kaitan yang kuat dengan otak secara keseluruhan. Simak penelitiannya.

Baca Selengkapnya

Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

11 Oktober 2017

Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

Pernah mempertanyakan mengapa manusia tertawa, merasakan kantuk, ataupun bisa mengalami 'jetlag'?, ternyata semua itu karena kinerja otak manusia.

Baca Selengkapnya

Riset Otak Manusia, Ilmuwan Temukan Cara Memperlambat Penuaan

31 Juli 2017

Riset Otak Manusia, Ilmuwan Temukan Cara Memperlambat Penuaan

Ilmuwan Amerika Serikat menerbitkan hasil riset otak manusia yang mungkin bisa membuat Anda terpukau.

Baca Selengkapnya