Peneliti Ungkap Penyebab Anak Makin Pintar karena Makan Ikan

Reporter

Afrilia Suryanis

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 30 Desember 2017 06:00 WIB

Penjual ikan panggang di pinggiran Jalan Raya Dringu, tepatnya di Dusun Parsean, Desa Randupitu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Selama Ramdhan ini, ikan panggang laris diburu pembeli untuk lauk berbuka puasa. David Priyasidharta

TEMPO.CO, Pennsylvania - Temuan baru para peneliti di University of Pennsylvania, Amerika Serikat—yang diterbitkan pekan lalu di Scientific Reports, A Nature Journal—menyebutkan ikan sangat bagus untuk kesehatan, terutama bagi anak-anak.

Dalam paparannya, para peneliti menyatakan anak-anak yang memakan ikan seminggu sekali dapat tidur lebih nyenyak. Tak hanya itu, mereka memiliki nilai intelligent quotations (IQ) rata-rata lebih tinggi 4 poin dibanding anak-anak yang jarang atau bahkan tidak sama sekali mengkonsumsi ikan.

Baca: L'oreal Beri Penghargaan kepada 4 Peneliti Perempuan Indonesia

Penelitian ini tentu menyempurnakan riset sebelumnya yang menemukan hubungan antara omega-3—asam lemak dalam berbagai jenis ikan—dan peningkatan kecerdasan. Penemuan lainnya adalah hubungan omega-3 dan tidur yang lebih baik. Namun penelitian itu tak menemukan hubungan antara ikan, kecerdasan, dan tidur yang lebih baik.

Baru dalam penelitian ini untuk pertama kalinya ketiganya saling terkait. Dalam penelitian yang dilakukan Jianghong Liu, Jennifer Pinto-Martin, dan Alexandra Hanlon dari School of Nursing and Penn Integrates Knowledge Professor Adrian Raine itu, mereka mengungkapkan adanya korelasi antara ikan, tidur, dan kecerdasan.

Advertising
Advertising

"Bidang penelitian ini tidak berkembang dengan baik. Ini baru muncul," kata Liu, penulis utama serta profesor keperawatan dan kesehatan masyarakat. "Di sini kita melihat omega-3 yang berasal dari makanan, bukan dari suplemen."

Dalam penelitian ini, tim melakukan riset terhadap 541 anak di Cina dalam rentang usia 9 sampai 11 tahun. Mereka, yang terdiri atas 54 persen anak laki-laki dan 46 persen anak perempuan, menyelesaikan kuesioner tentang seberapa sering mereka mengkonsumsi ikan pada bulan-bulan sebelumnya.

Jawaban yang tersedia adalah “tidak pernah” sampai “setidaknya sekali seminggu”. Mereka juga mengambil tes IQ versi Cina yang disebut Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised, yang menguji kemampuan verbal dan non-verbal seperti kosakata dan pengkodean.

Sedangkan orang tua mereka diberikan pertanyaan seputar kualitas tidur anak-anaknya. Dari kuesioner itu, para peneliti mencari jawaban tentang durasi dan frekuensi tidur malam serta kualitas tidur nyenyak anak-anak pada siang hari. Para peneliti juga menghubungkannya dengan berbagai informasi demografi, termasuk pendidikan orang tua, pekerjaan, status perkawinan, dan jumlah anak di rumah.

Dari analisis berbagai poin data inilah tim peneliti menemukan hasil yang menyenangkan bagi penyantap ikan. Anak-anak yang makan ikan mingguan mencetak 4,8 poin lebih tinggi dalam ujian IQ dibanding mereka yang menjawab “jarang” atau “tidak pernah” mengkonsumsi ikan. Mereka yang menjawab “kadang makan ikan” juga mendapat skor lumayan bagus, yakni 3,3 poin lebih baik.

Sedangkan untuk kualitas tidur, anak-anak yang mengkonsumsi ikan memiliki kualitas tidur yang lebih baik. "Kami telah menemukan bahwa suplemen omega-3 mengurangi perilaku antisosial, jadi tidak mengherankan jika ikan berperan dalam hal ini," kata Profesor Adrian Raine.

Hasil ini membuat Pinto-Martin, Direktur Eksekutif Penn's Center for Public Health Initiatives, melihat potensi kuat dalam implikasi penelitian tersebut. "Ini menambah bukti yang menunjukkan bahwa konsumsi ikan memiliki manfaat kesehatan yang benar-benar positif dan harus sering dipromosikan," katanya.

Karena itu, dia melanjutkan, anak-anak harus diperkenalkan dengan ikan sejak dini. Paling ideal saat anak berusia 10 bulan, tentu dengan kondisi ikan yang tidak memiliki tulang dan sudah dicincang halus. "Memperkenalkan rasa sejak dini membuatnya lebih enak," kata Pinto-Martin.

Mengingat mudanya usia peserta studi tersebut, Liu dan rekan memilih untuk tidak menganalisis rincian yang dilaporkan peserta tentang jenis ikan yang dikonsumsi. Para peneliti juga ingin menambahkan studi observasional saat ini untuk menetapkan—melalui uji coba terkontrol secara acak—bahwa makan ikan dapat meningkatkan kualitas tidur, kinerja belajar yang lebih baik, dan hasil nyata lainnya.

Untuk saat ini, para peneliti merekomendasikan agar memasukkan ikan ke dalam makanan secara bertahap. Mengkonsumsi ikan seminggu sekali dapat menggerakkan keluarga menjadi kelompok pemakan ikan yang tinggi, seperti yang didefinisikan dalam penelitian ini.

"Melakukan hal itu jauh lebih mudah daripada menyuruh anak-anak untuk tidur," kata Raine. "Jika ikan meningkatkan kualitas tidur dan kinerja kognitif, ini adalah keuntungan ganda."

Simak berita tentang peneliti di tempo.co.

SCIENCEDAILY | TELEGRAPH

Berita terkait

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

5 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

8 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

9 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

10 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

13 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

17 hari lalu

Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

Cuaca di Indonesia selama periode arus balik mudik hingga sepekan mendatang masih dipengaruhi oleh dua gangguan cuaca skala sinoptik.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Mendesain Kontainer 40 Kaki untuk Kapal Mini LNG

29 hari lalu

Peneliti BRIN Mendesain Kontainer 40 Kaki untuk Kapal Mini LNG

Peneliti BRIN melakukan riset untuk mengembangkan kontainer ISO LNG untuk kapal pengangkut LNG mini.

Baca Selengkapnya

Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

34 hari lalu

Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

35 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

43 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya