Fosil Kelelawar Raksasa 19 Juta Tahun Ditemukan di Selandia Baru

Reporter

Terjemahan

Editor

Erwin Prima

Kamis, 11 Januari 2018 17:27 WIB

Ilustrasi kelelawar raksasa berusia 19 juta tahun yang ditemukan di Selandia Baru. Kredit: Gavin Mouldey

TEMPO.CO, Wellington - Periset telah menemukan sisa-sisa fosil kelelawar penggali berumur 19 juta tahun di Selandia Baru.

Gigi dan tulang kelelawar yang telah punah itu kira-kira berukuran tiga kali ukuran rata-rata kelelawar hari ini. Gigi dan tulang itu ditemukan dari sedimen berusia 19 sampai 16 juta tahun di dekat kota St Bathans di Central Otago di South Island.

Baca: Kelelawar Vampir Bunuh Ratusan Sapi di Peru

Kelelawar penggali adalah jenis yang aneh karena mereka tidak hanya terbang. Mereka juga berlarian merangkak melewati hutan di bawah serasah daun dan di sepanjang cabang pohon, saat mencari makanan.

Dengan perkiraan berat sekitar 40 gram, fosil kelelawar yang baru ditemukan itu adalah kelelawar penggali terbesar yang diketahui. Kelelawar itu juga merupakan genus kelelawar pertama yang ditambahkan ke fauna Selandia Baru selama lebih dari 150 tahun.

Fosil itu ditemukan oleh tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh University of New South Wales Sydney.

Advertising
Advertising

Kelelawar penggali saat ini hanya ditemukan di Selandia Baru, tapi mereka juga pernah tinggal di Australia. “Kelelawar penggali lebih dekat kaitannya dengan kelelawar yang tinggal di Amerika Selatan daripada yang di Pasifik barat daya,” kata penulis studi dari UNSW, Profesor Sue Hand.

"Mereka terkait dengan kelelawar vampir, kelelawar berwajah hantu, kelelawar pemakan ikan dan pemakan kodok, dan kelelawar pemakan nektar, dan merupakan anggota superfamili kelelawar yang pernah membentang di daratan selatan Australia, Selandia Baru, Amerika Selatan dan mungkin Antartika,” tambahnya.

Sekitar 50 juta tahun yang lalu, daratan ini terhubung sebagai sisa terakhir dari Gondwana superkontinen selatan. Saat itu suhu global mencapai 12 derajat Celcius lebih tinggi dari hari ini dan Antartika adalah hutan dan bebas dari salju.

Dengan fragmentasi Gondwana, iklim mendingin dan menyebabkan pertumbuhan lapisan es di Antartika, sehingga kelelawar Australasia ini terisolasi dari kerabat Amerika Selatan mereka.

Studi tersebut, oleh periset dari Australia, Selandia Baru, Inggris dan Amerika Serikat, diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.

Baca: Top 5 Berita Tekno Hari Ini: Kelelawar Unik, Superkomputer Cina

Kelelawar tersebut dinamai Vulcanops jennyworthyae, mengikuti nama anggota tim Jenny Worthy yang menemukan fosil kelelawar itu, dan nama Vulcan, dewa api dan gunung api mitologis Romawi, mengacu pada sifat tektonik Selandia Baru, namun juga ke Hotel Vulcan yang bersejarah di pertambangan kota St Bathans.

DAILY MAIL

Berita terkait

Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

3 hari lalu

Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

Para penelitinya memperkirakan kalau ular tersebut dahulunya memiliki panjang hingga 15 meter.

Baca Selengkapnya

10 Hewan Terkecil di Dunia, Ada yang Ukurannya 7,7 Milimeter

5 hari lalu

10 Hewan Terkecil di Dunia, Ada yang Ukurannya 7,7 Milimeter

Berikut ini deretan hewan terkecil di dunia, mulai dari spesies ikan, katak, kura-kura, kelinci, tikus, hingga ular.

Baca Selengkapnya

Cari Durian Jatuh, Mahasiswa KKN Unpad Temukan Fosil Gastropoda dan Pelecypoda

1 Februari 2024

Cari Durian Jatuh, Mahasiswa KKN Unpad Temukan Fosil Gastropoda dan Pelecypoda

Penemuan fosil tersebut menjadi bekal untuk akademisi dalam melakukan penelitian lanjutan terkait keberadaan fosil satwa purba di Pangandaran.

Baca Selengkapnya

6 Pengalaman Menarik di American Museum of Natural History

10 November 2023

6 Pengalaman Menarik di American Museum of Natural History

American Museum of Natural History merupakan museum sejarah alam terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Temukan Virus Nipah pada Kelelawar Jenis ini

11 Oktober 2023

Peneliti BRIN Temukan Virus Nipah pada Kelelawar Jenis ini

Virus nipah berasal dari keluarga Paramyxoviridae. Penyakitnya tergolong sebagai zoonosis yang dapat menular ke hewan lain dan manusia.

Baca Selengkapnya

Upaya Pencegahan Infeksi Virus Nipah oleh Pemerintah

1 Oktober 2023

Upaya Pencegahan Infeksi Virus Nipah oleh Pemerintah

Ragam upaya pencegahan dilakukan pemerintah agar tak terjadi penularan virus Nipah di Tanah Air. Berikut yang dilakukan dan imbauan pada masyarakat.

Baca Selengkapnya

Dua Orang Meninggal Dunia dan Lebih dari 700 Dites untuk Virus Nipah di India

14 September 2023

Dua Orang Meninggal Dunia dan Lebih dari 700 Dites untuk Virus Nipah di India

Virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada 1999 ketika terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi di Malaysia dan Singapura.

Baca Selengkapnya

Studi Baru Klaim Nenek Moyang Manusia dan Kera Muncul di Eropa, Bukan di Afrika

4 September 2023

Studi Baru Klaim Nenek Moyang Manusia dan Kera Muncul di Eropa, Bukan di Afrika

Dalam studi baru tersebut, para peneliti menganalisis fosil kera yang baru diidentifikasi dari situs orakyerler berusia 8,7 juta tahun di Anatolia.

Baca Selengkapnya

Ekskavasi PATI V di Situs Manyarejo Sragen Temukan Artefak dan Fosil Fauna Berusia 800 Ribu Tahun

8 Agustus 2023

Ekskavasi PATI V di Situs Manyarejo Sragen Temukan Artefak dan Fosil Fauna Berusia 800 Ribu Tahun

Artefak tulang dan fosil yang ditemukan merupakan hasil dari kegiatan ekskavasi di lokasi Edukasi dengan membuka 1 Trench dan 1 kotak ekskavasi.

Baca Selengkapnya

BPSMP Sangiran Identifikasi Temuan Fosil Gading Gajah Purba Sepanjang 2 Meter

3 Agustus 2023

BPSMP Sangiran Identifikasi Temuan Fosil Gading Gajah Purba Sepanjang 2 Meter

BPSMP menduga usia fosil tersebut sekitar 800 tahun berdasarkan kedalaman lapisan tanah.

Baca Selengkapnya