KM Sinar Bangun Ditemukan, Ini Kronologi Pengerahan Robot BPPT
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Erwin Prima
Jumat, 29 Juni 2018 16:41 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Misi pencarian korban dan KM Sinar Bangun di dasar Danau Toba, Sumatera Utara, melibatkan alat canggih ROV (Remotely Operated Vehicle). Alat milik BPPT itu seperti robot bawah air yang dikendalikan pilot. "Kedalaman 450 meter bukan area manusia untuk menyelam," kata Henky Suharto kepada Tempo, Jumat, 29 Juni 2018.
Baca: KM Sinar Bangun Ditemukan, Basarnas Siapkan Dua Opsi Evakuasi
Direktur PT Mahakarya Geo Survey itu ikut mengorganisasi beberapa instansi seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), dan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman.
"Kami bekerja sama untuk mewujudkan misi pencarian ini," kata alumnus Geodesi Institut Teknologi Bandung angkatan 1986 itu.
Anggota Ikatan Alumni ITB yang tersebar di beberapa instansi terkait juga terlibat bersama tenaga profesional dari perusahaan swasta. "Kami mengetahui ada aset strategis pemerintah berupa ROV di bawah BPPT," katanya. Selanjutnya disepakati pembentukan satuan tugas yang merupakan tim gabungan terdiri dari tiga orang ROV pilot, navigator, geophysicist, dan survey engineer.
Seorang pilot berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL) di Bandung, dan dua pilot lain adalah profesional dari PT Patra Dinamika. Tim survei beranggotakan empat orang dari PT Mahakarya Geo Survey dan lima orang teknisi dari BPPT. Tim bekerja di bawah koordinasi antar lembaga negara, seperti Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Basarnas, BPPT, dan TNI AU.
Hampir sepekan setelah kapal motor yang sesak penumpang itu tenggelam pada 18 Juni lalu, survei hidrography menghasilkan temuan koordinat lokasi kapal di kedalaman 450 meter. Temuan itu, kata Henky, perlu diverifikasi secara visual. Karena orang tidak bisa menyelam sedalam itu, maka dikerahkan ROV.
Pengangkutan alat seberat 1500 kilogram itu dilakukan mulai pukul 07.00 WIB, Selasa, 26 Juni 2018. Dari tempat fasilitas BPPT Puspitek Serpong, ROV diangkut ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma lalu diterbangkan dengan pesawat CN235 milik TNI AU ke Bandara Silangit, Sumatera Utara.
Pengangkutan ke lokasi dilanjutkan dengan transportasi darat menggunakan armada Basarnas. Alat sampai di lokasi Tigaras pada Selasa dini hari. Rabu pagi 27 Juni dilakukan instalasi alat di Kapal Motor Dosroha 05.1. "Setelah dites di air langsung menyelam ke dasar danau sampai kedalaman 450 meter," ujar Henky.
Pada saat operasional hari pertama itu, tim mengalami kendala teknis navigasi bawah laut dari peralatan. Akibatnya alat tidak bisa menuju ke koordinat lokasi kapal. ROV lalu diangkat dari danau.
Setelah evaluasi operasional alat dan memperbaiki metodologi, ROV kembali menyelam. Sekitar pukul 13.00 WIB, kata Henky, ROV sudah berhasil menemukan visualisasi jenazah korban di dasar danau.
Awalnya citra dari kamera video dan foto yang diterangi lampu pada ROV agak terganggu oleh kekeruhan air. Kekeruhan itu efek dari pergerakan ROV yang beroperasi di dasar danau. Kondisi geologi dasar danau kata Henky berupa material jenis lumpur halus. "Pilot ROV harus melakukan trik-trik tertentu guna menghindari kendala pandangan," katanya.
Setelah mengatasi masalah itu, tim gabungan Basarnas mendapat visualisasi beberapa jenazah, sepeda motor dan lain-lain, beberapa di antaranya dalam posisi setengah terpendam material lumpur. "Kapal belum terlihat jelas pada diving mission ini," ujar Henky.
Simak artikel lain tentang KM Sinar Bangun di kanal Tekno Tempo.co.
ANWAR SISWADI