Penyelam Tunggangi Hiu Paus, Ini Kata Peneliti Mamalia Laut LIPI

Senin, 13 Agustus 2018 14:57 WIB

Beberapa penyelam terlihat mendekati hiu paus di perairan Teluk Cendrawasih, Papua. Twitter/@FishGOD

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti mamalia laut dari Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi, Pusat Penelitian Oseonografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sekar Mira, menanggapi video viral seorang penyelam yang menunggangi hiu paus. Menurutnya, hal itu berbahaya bagi penyelam dan hiu paus itu.

Baca: Heboh Video Viral Penyelam Tunggangi Hiu Paus, Ini Kata WWF

"Hiu paus adalah hiu berukuran besar sehingga banyak yang menganggapnya sebagai paus. Padahal hiu dan paus sangat berbeda," ujar Sekar saat dihubungi melalui pesan singkat, Senin, 13 Agustus 2018. "Karena berukuran besar dan jinak, banyak traveller yang jika bertemu sering menyentuhnya."

Dalam video yang viral tersebut, penyelam tampak memegang dan menarik-narik sirip hiu paus. Dan beberapa penyelam lainnya memegang kepala si hiu paus. Lokasi video tersebut disinyalir berada di Teluk Cendrawasih, Papua Barat.

Hiu paus memakan ikan-ikan dan udang-udang kecil dengan cara diisap masuk ke dalam mulutnya yang lebar. Hal itu, kata Sekar, sangat berbeda dengan jenis hiu lain yang sering dianggap ganas atau top predator dan bergigi tajam.

Sekar mengatakan, menyentuh bahkan menunggangi hiu paus sangat berbahaya bagi keselamatan diving traveller dan hiu paus itu sendiri.

Advertising
Advertising

"Apalagi jika tiba-tiba si hiu paus membuat manuver, biasanya dengan kibasan ekor, itu dapat mencelakai diving traveller. Kebiasaan menyentuh bahkan menunggangi juga tidak disarankan karena akan mengganggu keleluasaan si hiu paus untuk bergerak," kata Sekar.

Manuver hiu paus, kata dia, tidak dapat diantisipasi oleh penyelam. Sehingga, dibutuhkan jarak minimal ketika berinteraksi dengan hewan tersebut. Dengan itu, wisata laut akan tetap ramah lingkungan dan habitat laut.

Sekar juga menjelaskan bahwa di bagian daerah pangkal ekor hiu paus memiliki masa otot yang sangat besar dan berbahaya. Bahkan, Sekar berujar, dalam penyelamatan paus terdampar dan terjerat jaring pun dirinya belajar teknik khusus untuk melakukannya agar tetap safety first.

"Begitu pula interaksi dengan mega fauna perairan lainnya, seperti paus, lumba-lumba dan dugong. Mereka termasuk mamalia laut yang keleluasaan bergeraknya penting," lanjut Sekar.

"Karena mereka harus naik ke permukaan untuk bernafas, bayangkan jika diberati traveller yang menungganginya. Itu berat, kan mamalia bernapas dengan paru-paru jadi harus ambil napas dari udara."

Simak artikel menarik lainnya tentang penyelam yang menunggangi hiu paus hanya di kanal Tekno Tempo.co

Berita terkait

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

1 hari lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

2 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

3 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

5 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

6 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

6 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

10 hari lalu

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

Peredaran sabu itu dilakukan lintas laut dari jaringan Malaysia-Aceh.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

14 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya