Listrik Tenaga Surya Diklaim Lebih Hemat, Begini Perhitungannya
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Amri Mahbub
Minggu, 9 September 2018 00:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan, sudah saatnya Indonesia menggunakan listrik tenaga surya untuk menjadi sumber daya utama. Alasannya, lebih hemat biaya jangka panjang.
Baca juga: Inilah yang Terjadi Saat Kita Memiliki Banyak Tenaga Surya
"Kalau tentang hemat dalam hal energinya, mungkin tidak. Karena bisa saja konsumsi energinya tetap. Tapi dari sisi biaya energinya bisa berpotensi berhemat," ujar Direktur Pengkajian Industri Manufaktur, Telematika, dan Elektronika BPPT Andhika Prastawa saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat, 6 September 2018.
BPPT telah merekomendasikan tenaga surya untuk listrik dalam acara focus group discussion bertema "Penyusunan Roadmap Industri Manufaktur Komponen dan Usulan Kebijakan untuk Mempromosikan TKDN Industri Pembangkit Surya".
Baca juga: Pertamina Bersiap Kembangkan Tenaga Surya
Pemerintah Indonesia melalui berbagai kebijakan telah mendorong tumbuhnya manufaktur komponen pembangkit tenaga surya di dalam negeri. Pemanfaatan energi surya menggunakan teknologi solar photovoltaic (PV) atau sel surya menjadi salah satu sumber energi pilihan.
"Memang perhitungannya tidak sederhana. Dengan pelanggan memasang solar PV rooftop, yang terhubung jaringan PLN (Perusahaan Listrik Negara), pelanggan bisa mengurangi biaya tagihan PLN," ucap Andhika. "Pengurangan biaya tagihan itu dapat mengembalikan biaya peralatan solar PV rooftop selama lebih-kurang delapan tahun."
Baca juga: Pertamina Bersiap Kembangkan Tenaga Surya
Saat ini, Andhika melanjutkan, sudah mulai banyak perusahaan yang menyediakan sekaligus memasangkan solar PV. Harganya memang bisa dibilang mahal. Untuk instalasi 1 kW kira-kira dibanderol seharga Rp 15-20 juta.
"Setelah delapan tahun, baru pelanggan dapat menggunakan listrik hemat biaya karena mendapat listrik gratis dari PV, di samping listrik PLN yang dikonsumsi," tutur Andhika. "Karena harga tarif listrik non-subsidi sebesar Rp 1.460 sehingga dapat mengembalikan modal dalam waktu delapan tahunan."
Baca juga: Arab Saudi Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya 200 Gigawat
Simak artikel menarik lain tentang listrik tenaga surya hanya di kanal Tekno Tempo.co.