Kenapa Spesialis Kedokteran Nuklir Masih Langka di Indonesia?

Selasa, 18 September 2018 08:05 WIB

Kedokteran nuklir menggabungkan diagnostik dan terapi (teranostik) untuk penyembuhan aneka penyakit kanker. (Foto Dok.Humas RSHS)

TEMPO.CO, Bandung - Dokter spesialis kedokteran nuklir tergolong langka di Indonesia. Mahasiswanya per tahun bisa dihitung dengan jari. "Dokter yang aktif se-Indonesia hanya 42 orang," kata Achmad Hussein Kartamihardja di sela pertemuan ilmiah tahunan internasional kedokteran nuklir ke-22 di Bandung, 14-16 September 2018.

Baca juga: Dua Agen Rusia Mata-matai Laboratorium Kimia dan Nuklir Swiss

Guru Besar Kedokteran Nuklir dari Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung - Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat profesi kedokteran nuklir terhitung langka di Indonesia. Berawal dari kata nuklir yang terkesan sangat berbahaya dan jahat dikaitkan dengan pembunuhan massal umat manusia. "Fobia nuklir itu tidak hanya orang awam, kalangan profesional juga banyak," ujarnya.

Di kalangan dokter pun, kedokteran nuklir dinilai menakutkan. Pernah ada pasien yang datang berobat ke Bandung mengaku sebelumnya dilarang oleh dokter. "Dia minta rujukan sampai dua tahun nggak dikasih akhirnya datang langsung," katanya.

Baca juga: Solusi Terapi Kanker yang Sudah ke Tulang, di Mana Bisa Didapat?

Advertising
Advertising

Ketakutan dari kedokteran nuklir itu terkait zat radioaktif yang tidak terlihat tapi berbahaya. Utamanya menyangkut radiasi nuklir. Menurut Hussein, anggapan itu sebenarnya salah kaprah. "Takut kena radiasi padahal kalau di-rontgen nggak takut, dan pada kondisi tertentu radiasinya lebih besar daripada diagnostik dan terapi nuklir," katanya.

Pengalamannya ketika masuk Kedokteran Nuklir dulu pada 1985, sampai hari ini masih ada kesamaan. "Masuk ke sana oleh orang lain dianggap gila, karena sangat tidak diketahui orang," katanya. Faktor lain yaitu profesi itu dianggap bermasa depan kurang bagus.

Dari sisi penghasilan pun dianggap begitu terkait sedikitnya pasien yang datang karena masih takut. Padahal, menurut seniornya dulu yang kini menjadi ahli kedokteran nuklir, Johan S. Mansjur mengatakan, dokter spesialis kedokteran nuklir tidak bakal sengsara. "Sehari dulu bisa dapat dua ayam, sekarang bisa dua ekor kambing," ujar Hussein.

Baca juga: Viral, Konsep Pemakaman Organik: Jenazah Jadi Pohon

Sebaran dokter dan pelayanan kedokteran nuklir saat ini berada di Pulau Jawa. Selain dua rumah sakit swasta dan pemerintah di Bandung, paling banyak di Jakarta dengan tujuh rumah sakit. Selain itu ada di Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Membandingkan dengan kondisi di Jepang, kata Hussein, fasilitas kedokteran nuklir terhitung banyak. Jumlah dokternya mencapai 800 orang.

Seorang dokter spesialis kedokteran nuklir, Ayu Rosemelia Dewi mengatakan, keluarga sempat melarangnya kuliah. Alasannya takut efek samping dari radiasi nuklir seperti tidak bisa hamil. Ketakutan itu terkikis setelah pada semester awal kuliah, Ayu hamil setelah menikah dengan suaminya yang juga dokter. "Teman juga memandang profesi ini sebelah mata," katanya.

Baca juga: Batan dan Kimia Farma Bikin Produk Nuklir untuk Diagnosis Kanker

Simak artikel menarik lainnya tentang kedokteran nuklir hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

6 hari lalu

11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.

Baca Selengkapnya

Enam Fakta Dugaan Serangan Israel ke Iran, Warga Isfahan Aman

8 hari lalu

Enam Fakta Dugaan Serangan Israel ke Iran, Warga Isfahan Aman

Sejumlah fakta terbaru soal dugaan serangan Israel ke Iran, mulai dari fasilitas nuklir hingga kondisi warga Isfahan.

Baca Selengkapnya

Iran Siap Tembakkan Rudal, Klaim Fasilitas Nuklirnya Aman

9 hari lalu

Iran Siap Tembakkan Rudal, Klaim Fasilitas Nuklirnya Aman

Iran mengaku fasililitas nuklirnya aman. Sehari sebelum dugaan serangan Israel, Garda Revolusi Iran mengklaim siap menembakkan rudal.

Baca Selengkapnya

5 Kampus Kedokteran Terbaik di Indonesia Versi QS WUR by Subject 2024

11 hari lalu

5 Kampus Kedokteran Terbaik di Indonesia Versi QS WUR by Subject 2024

QS World University Rankings atau QS WUR by Subject 2024 kembali menghadirkan daftar kampus dengan jurusan kedokteran terbaik di Indonesia.

Baca Selengkapnya

PBB Khawatir Israel Bakal Bidik Fasilitas Nuklir Iran sebagai Serangan Balasan

12 hari lalu

PBB Khawatir Israel Bakal Bidik Fasilitas Nuklir Iran sebagai Serangan Balasan

Kepala pengawas nuklir PBB mengatakan pada Senin khawatir mengenai kemungkinan Israel menargetkan fasilitas nuklir Iran.

Baca Selengkapnya

Rusia Tuduh Ukraina Serang Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Pakai Drone Kamikaze

19 hari lalu

Rusia Tuduh Ukraina Serang Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Pakai Drone Kamikaze

Rusia menuduh Ukraina menyerang pembangkit listrik bertenaga nuklir Zaporizhzhia.

Baca Selengkapnya

Rusia Minta Ada Cara Baru untuk Atasi Masalah di Semenanjung Korea

30 hari lalu

Rusia Minta Ada Cara Baru untuk Atasi Masalah di Semenanjung Korea

Rusia juga menuduh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah menaikkan ketegangan militer di kawasan Asia dan berupaya mencekik Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Peneliti UI Ungkap Tantangan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Bidang Kedokteran

41 hari lalu

Peneliti UI Ungkap Tantangan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Bidang Kedokteran

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) di bidang kedokteran harus tetap memperhatikan prinsip etika.

Baca Selengkapnya

Eks Dubes AS untuk NATO Sebut Putin Tak Main-main Ancam Perang Nuklir

44 hari lalu

Eks Dubes AS untuk NATO Sebut Putin Tak Main-main Ancam Perang Nuklir

Putin mengancam akan mengerahkan senjata nuklir Rusia bila Barat kirim pasukan ke Ukraina.

Baca Selengkapnya

Putin Ancam Barat: Rusia Siap Perang Nuklir

46 hari lalu

Putin Ancam Barat: Rusia Siap Perang Nuklir

Rusia siap perang nuklir dengan Barat jika Amerika Serikat nekat mengirim pasukan ke Ukraina.

Baca Selengkapnya