Mengenal Morris Worm, Virus Pertama Serangan Siber

Senin, 5 November 2018 10:48 WIB

taranfx.com

TEMPO.CO, Jakarta - Di era ketika beberapa orang khawatir tentang perangkat lunak berbahaya dan tidak memasang perangkat lunak pelindung, Morris worm atau cacing Morris menyebar dengan cepat sebagai sebuah serangan siber. Butuh 72 jam bagi para peneliti di Purdue University dan Berkeley University untuk menghentikan cacing Morris.

Baca: Cerita Serangan Siber Pertama di Dunia, 30 Tahun Lalu
Baca: Grant Thornton: Indonesia Bisa Jadi Target Utama Serangan Siber
Baca: Perusahaan di Indonesia Banyak dapat Ancaman Serangan Siber

Berdasarkan laman livescience.com, Ahad, 4 November 2018, cacing Morris merupakan virus pertama yang menjadi serangan siber. Robert Tappan Morris seorang mahasiswa pascasarjana Cornell University, New York, Amerika, adalah otak di balik munculnya virus tersebut yang awalnya hanya ingin mengetahui lebih jauh tentang internet pada November 1988.

Pada saat itu, virus tersebut menginfeksi puluhan ribu sistem, sekitar 10 persen komputer yang tersambung ke internet. Untuk membersihkan infeksi tersebut, butuh ribuan dolar bagi setiap mesin yang terpengaruh.

"Virus membutuhkan perintah eksternal, dari pengguna atau peretas, untuk menjalankan programnya. Namun, seekor cacing sebaliknya, menyentuh tanah menjalankan semuanya dengan sendirinya. Misalnya, jika Anda tidak pernah membuka program surel, cacing yang masuk ke komputer Anda mungkin mengirimkan salinan email itu sendiri kepada semua orang di buku alamat Anda," begitu dilaporkan laman theconversation.com, 1 November 2018

Morris tidak berusaha menghancurkan internet, tapi efek luas dari apa yang dia lakukan, membuatnya diadili di bawah Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer yang baru. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun masa percobaan dan denda sekitar US$ 10 ribu setara dengan Rp 151 juta dengan kurs sekarang.

Advertising
Advertising

Namun, pada akhir 1990-an, Morris menjadi miliarder dot-com dan sekarang menjadi profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika. Pada Oktober 2016, serangan DDoS dengan ribuan webcam yang dibajak, sering digunakan untuk keamanan atau monitor bayi, sehingga mematikan akses ke sejumlah layanan internet penting di sepanjang pesisir timur Amerika.

Peristiwa itu adalah puncak dari serangkaian serangan yang semakin merusak menggunakan botnet, atau jaringan perangkat yang disusupi dan dikendalikan oleh perangkat lunak bernama Mirai. Internet saat ini jauh lebih besar, tapi tidak jauh lebih aman dari pada internet tahun 1988.

Beberapa hal sebenarnya menjadi lebih buruk. Untuk mencari tahu siapa di balik serangan tertentu tidak semudah menunggu orang itu meminta maaf, seperti yang dilakukan Morris pada 1988. Dalam beberapa kasus, untuk mendapat investigasi penuh, harus mengidentifikasi pelakunya.

Simak artikel menarik lainnya tentang virus Morris worm dan serangan siber hanya di kanal Tekno Tempo.co

LIVESCIENCE.COM | THECONVERSATION.COM

Berita terkait

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

4 hari lalu

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

Kominfo menggandeng BSSN untuk menjaga keamanan siber selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali

Baca Selengkapnya

Dapat Ancaman atau Teror? Ini yang Harus Dilakukan dan Sanksi Hukum Bagi Pelakunya

6 hari lalu

Dapat Ancaman atau Teror? Ini yang Harus Dilakukan dan Sanksi Hukum Bagi Pelakunya

Pernah terima ancaman atau teror? Tindakan ini yang harus dilakukan. Ketahui sanksi hukum bagi pelaku ancaman tersebut.

Baca Selengkapnya

Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

13 hari lalu

Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ini 4 Opsi yang Dimiliki Israel untuk Menyerang Balik Iran

21 hari lalu

Ini 4 Opsi yang Dimiliki Israel untuk Menyerang Balik Iran

Israel memiliki beberapa opsi untuk menyerang balik Iran meski sekutunya mendesak untuk tidak mengambil risiko memicu konflik regional.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

29 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

30 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

30 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

34 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Pengembang Sebut Sirekap Diserang DDoS Saat Pemungutan Suara, Jenis Serangan Apa Ini?

35 hari lalu

Pengembang Sebut Sirekap Diserang DDoS Saat Pemungutan Suara, Jenis Serangan Apa Ini?

Sirekap telah menjadi polemik saat gelaran Pemilu 2024 berlangsung.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

36 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya