Konvensi Keanekaragaman Hayati Bahas Mikroplastik Laut Indonesia

Minggu, 18 November 2018 05:49 WIB

Limbah Mikroplastik Cemari Laut

TEMPO.CO, Sharm El- Sheikh - Polutan berupa mikroplastik atau potongan kecil dari plastik yang mengancam kerusakan ekosistem laut Indonesia menjadi pembahasan Konvensi Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Convention on Biological Diversity (CBD) di Sharm El Sheikh, Mesir pada 13-29 November 2018.

Baca: Tiga Poin Penting Konvensi Keanekaragaman Hayati Mesir

Perjanjian multilateral untuk melindungi keanekaragaman hayati dan alam ini di antaranya melibatkan pemerintah dari ratusan negara, peneliti, pebisnis atau kalangan swasta, organisasi non-pemerintah, dan komunitas asli atau suku-suku asli (indigenous people). Kondisi laut Indonesia menjadi satu di antara agenda pembahasan konvensi tersebut.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI punya kewenangan untuk memberikan masukan ihwal situasi terkini biodiversitas Indonesia berbasis pada bidang keilmuan. Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi atau P2O LIPI, Hagi Yulia Sugeha, mengatakan Indonesia disebut sebagai penyumbang biodiversitas laut terbesar di dunia. Indonesia juga sebagai surga terumbu karang dunia dan masuk kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle).

Ada lebih dari 300 spesies terumbu karang yang terdata. “Ekosistem yang berhubungan dengan terumbu karang, sea grass (lamun), dan mangrove jadi isu penting di Konvensi Keanekaragaman Hayati,” kata Hagi Yulia ditemui Tempo di International Congress Center, Sharm El Sheikh, Jumat, 17 November 2018.

Tempo berkesempatan meliput konvensi tersebut atas dukungan Climate Tracker, jaringan global yang beranggotakan 10 ribu jurnalis peliput iklim.

Advertising
Advertising

Hagi mengatakan polutan dari mikroplastik akan dibahas dalam forum Ecologically or Biologicaly Significant Marine Areas (EBSAs) pada 19 November 2018. Indonesia, kata Hagi menjadi penyumbang sampah terbesar di laut.

LIPI saat ini sedang mengkaji dampak mikroplastik terhadap biota laut, misalnya mikroplastik yang ada di perut ikan. Juga menghitung sampah dan dampaknya terhadap terumbu karang, lamun atau sea grass dan mangrove.

Mikroplastik sangat berbahaya bagi ekosistem laut karena ukurannya yang sangat kecil dan mudah dimakan biota laut dan mengancam populasi. Dari hasil kajian sementara, LIPI menemukan sejumlah biota laut terpapar mikroplastik, di antaranya ikan purba di perairan Sulawesi utara yang terpapar mikroplastik pada bagian perutnya. “Padahal, ikan purba ini menjadi biota laut yang sangat penting. Ikan ini hidup ratusan tahun lalu,” kata dia.

Selain di perairan Sulawesi utara, mikroplastik juga mencemari kerang hijau di teluk Jakarta. Sebelum terpapar mikroplastik, kerang di teluk Jakarta terpapar logam berat.

Simak artikel lainnya tentang keanekaragaman hayati di kanal Tekno Tempo.co.



Berita terkait

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

1 hari lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

2 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

3 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

4 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

10 hari lalu

Bareskrim Polri Tangkap 5 Kurir Peredaran Sabu Lintas Laut Jaringan Malaysia-Aceh

Peredaran sabu itu dilakukan lintas laut dari jaringan Malaysia-Aceh.

Baca Selengkapnya

Italia Selamatkan 1100 Migran di Lepas Pantai Italia dalam 24 Jam

21 hari lalu

Italia Selamatkan 1100 Migran di Lepas Pantai Italia dalam 24 Jam

Lebih dari 1.100 migran dan pengungsi termasuk 121 anak-anak tanpa pendamping diselamatkan di lepas pantai selatan Italia dalam waktu 24 jam

Baca Selengkapnya

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

31 hari lalu

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.

Baca Selengkapnya

18 Warga Gaza Tewas Akibat Bantuan Via Udara, 12 Diantaranya Tenggelam di Laut

33 hari lalu

18 Warga Gaza Tewas Akibat Bantuan Via Udara, 12 Diantaranya Tenggelam di Laut

Setidaknya 12 warga Palestina tenggelam setelah mereka berenang ke Laut Gaza saat mencoba mendapatkan bantuan yang diterjunkan dari udara

Baca Selengkapnya

Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

33 hari lalu

Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

Pemerintah menyatakan 177 ribu Ha area IKN berupa kawasan lindung, namun menurit peneliti Auriga hanya 42 ribu Ha yang berupa hutan permanen.

Baca Selengkapnya