Institut Dayakologi: Kebun Sawit Hancurkan Biodiversitas Dayak

Senin, 26 November 2018 10:04 WIB

Eli Safan (32) berburu di Tana' Ulen, Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Utara, 21 Juni 2017. Masyarakat Dayak yang bermukim di Desa Setulang berharap kearifan lokal yang mereka jaga dapat lestari hingga anak cucu mereka dan hutan adat tetap terjaga, walau pun saat ini beberapa perusahaan menginginkan hutan tersebut untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Sharm el Sheik - Direktur Eksekutif Institut Dayakologi, Krissusandi Gunui, geram dengan industri ekstraktif sawit yang menghancurkan keanekaragaman hayati hutan Kalimantan Barat. "Industri sawit merusak kehidupan suku dayak. Jangan ada lagi ekspansi sawit untuk alasan apapun," kata Krissusandi, Ahad, 25 November 2018.

Baca juga: Akal-akalan Izin Sawit

Krissusandi merupakan keturunan dayak rumpun Ibanik yang datang bersama pegiat Indigenous People and Local Communities dari banyak negara di Konferensi Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sharm el-Sheikh, Mesir sejak tanggal 13-29 November 2018. Selain Indonesia, beberapa di antaranya datang dari Malaysia, Filipina, negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Afrika.

Ia datang bersama komunitas masyarakat adat dari banyak negara untuk bersuara ihwal eksploitasi perusahaan sawit. Tempo berkesempatan meliput acara itu atas dukungan Climate Tracker, jaringan global yang beranggotakan 10 ribu jurnalis muda peliput iklim.

Baca juga: Di Palembang, Jokowi Soroti Masalah Harga Sawit dan Karet

Advertising
Advertising

Perkebunan sawit yang monokultur (budidaya lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu area), kata Krissusandi, telah menghancurkan keanekaragaman hutan Kalimantan Barat. Industri sawit membunuh pohon belian, tanaman penghasil kayu khas hutan Kalimantan atau disebut kayu besi. Suku Dayak Iban menggunakan kayu jenis ini untuk membangun tiang-tiang utama rumah panjang.

Sawit juga menggusur pohon tengkawang khas Kalimantan yang menghasilkan minyak nabati dan banyak dipakai sebagai bahan baku mentega. Pemerintah telah menetapkan pohon tengkawang sebagai flora identitas Kalimantan Barat. "Sayangnya tanaman ini tak mendapat perhatian dari pemerintah. Pemasaran tidak disiapkan dan harga tengkawang kerap jatuh," kata dia.

Pohon enau, nibung, durian juga semakin berkurang karena ekspansi sawit. Selain menghilangkan biodiversitas hutan Kalimantan, perkebunan sawit juga berdampak pada perilaku hidup, sosial, dan kesehatan penduduk Kalimantan. Suku Dayak memiliki konsep pengelolaan hutan adat berbasis kearifan lokal yang berkelanjutan.

Baca juga: Korupsi Politik Perizinan Sawit

<!--more-->

Suku dayak menanam umbi-umbian, ketela pohon, buah-buahan, dan tanaman kayu di pedalaman atau hutan. Keturunan suku dayak kemudian menerapkan cara itu dengan menanami lahannya untuk pengobatan dan sayur di pekarangan rumah.

Mereka mengenal tembawang, yakni lahan bekas permukiman yang ditanami buah-buahan, sayuran,dan umbi-umbian. Tembawang dimiliki komunitas adat. Ada juga dahas, yakni bekas ladang yang sudah ditinggalkan dan ditanami karet, belian, meranti. "Perkebunan kelapa sawit tak cocok dengan pola hidup Dayak yang ada sejak zaman nenek moyang," kata dia.

Sayangnya, perkebunan sawit dan tambang menjadi ancaman serius karena menggusur pola hidup yang menjaga kelestarian hutan itu. Perkebunan sawit membabat habis hutan Kalimantan. Perkebunan sawit di Dayak, kata dia telah muncul sejak 1970-an di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Dia mencatat di Kalimantan Barat terdapat 12,4 juta hektare lahan konsesi perusahaan sawit. Dari angka itu, sebanyak lima juta hektare merupakan perkebunan kelapa sawit yang dikuasai sebuah perusahaan.

Baca juga: Upah Buruh Perkebunan Sawit

Dampak lain dari perkebunan kelapa sawit adalah penggunaan pestisida. Pupuk kimia itu terbawa angin dan menyebabkan penyakit kulit, gatal, dan gangguan pernafasan. Belum lagi dampak lainnya adalah ekploitasi tenaga kerja.

Kementerian Pertanian menyebutkan total luas lahan perkebunan kelapa sawit hingga saat ini mencapai 14 juta hektare. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia bersama Malaysia. Mereka menguasai 85 persen produksi minyak kelapa sawit dunia.

Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan moratorium sawit. Aturan itu ada dalam Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penundaan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit. Moratorium ini tujuannya menghentikan izin pembukaan lahan sawit baru untuk tiga tahun ke depan.

Baca juga: Pesawat Jatuh di Lahan Sawit Kalbar Saat Sedang Menyiram Pupuk

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, mengatakan perkebunan sawit tidak menghasilkan keanekaragaman hayati atau zero biodiversity. Moratorium sawit membatasi atau menginstirahatkan ekspansi sawit. Tapi, untuk perusahaan sawit yang sudah berjalan tetap beroperasi.

Moratorium, kata dia dijalankan untuk melihat dampak lingkungan, sosial, dan budaya. Misalnya penduduk di sekitar lahan sawit bisa berpindah karena tak cocok dengan tanaman itu. "Tidak semua tempat cocok ditanami sawit. Ke depan Kementerian Pertanian harus punya pemetaan lahan yang baik," kata dia.

Menurut Wiratno, selain berdampak pada biodiversitas, perkebunan kelapa sawit juga berdampak kehidupan pada satwa liar, yakni orang utan. Dia menyebutkan di Kalimantan Tengah telah ada forum koordinasi penyelamatan orang utan. Dia meminta masyarakat aktif melapor bila menemukan orang utan yang terdampak karena perkebunan kelapa sawit.

Baca juga: Selamat Datang Moratorium Sawit!

Simak artikel menarik lainnya seputar sawit yang menghancurkan biodiversitas Dayak hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

2 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

3 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

4 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

4 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

5 hari lalu

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki tanggapi soal target pemerintah menyelesaikan pemutihan hutan di lahan sawit September 2024.

Baca Selengkapnya

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

5 hari lalu

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

Perkebunan sawit PT Riau Agrotama Plantation (PT RAP), anak perusahaan Salim Group diduga merambah hutan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

5 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

5 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

5 hari lalu

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

22 ribu hektare perkebunan sawit PT Suryamas Cipta Perkasa (PT SCP) masuk kawasan hutan hidrologis gambut di Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya