Aktivis Lingkungan di COP 24: Hutan Tropis Bisa Rem Suhu Bumi

Reporter

Anton Septian

Editor

Amri Mahbub

Rabu, 5 Desember 2018 10:21 WIB

Diskusi Apa Arti NDC bagi Hutan Tropis dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP 24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018. Antons/Tempo

TEMPO.CO, Katowice - Sejumlah pegiat lingkungan, dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 24, menilai target menahan laju kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius pada 2030 bergantung pada negara-negara pemilik hutan tropis, termasuk Indonesia. "Hutan tropis adalah kunci agar target tersebut tercapai," kata Torbjorn Gjefsen dari Rainforest Foundation Norway dalam diskusi COP 24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018.

Baca juga: Siti Nurbaya Optimistis COP 24 Hasilkan Panduan Persetujuan Paris

Sebab itu, kata Gjefsen, negara-negara tersebut perlu mengambil sejumlah langkah untuk menyelamatkan hutannya. Di antaranya, menghentikan laju deforestasi dan degradasi hutan pada 2030, merestorasi hutan dan lahan gambut yang terdegradasi, dan meningkatkan pengakuan pada hak penguasaan lahan oleh masyarakat adat.

Gjefsen menyebut negara pemilik hutan tropis itu adalah Brasil, Indonesia, Kolombia, Peru, dan Kongo. Berdasarkan pemantauannya bersama tim, negara-negara tersebut tak memiliki rencana nyata untuk menghentikan laju deforestasi dan degradasi hutan pada 2030.

Pada tahun itu, laju deforestasi juga akan tetap berlanjut meski angkanya lebih kecil. Indonesia, misalnya, menargetkan laju deforestasi 325 ribu hektare per tahun pada 2021-2030. "Pengakuan negara atas hak masyarakat adat juga kurang," kata Gjefsen.

Advertising
Advertising

Baca juga: COP 24, Sektor Industri Diminta Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Anggalia Putri Permatasari dari Yayasan Madani Berkelanjutan mengatakan, penyelamatan hutan tropis menyumbang satu per tiga usaha mengerem kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius. Anggalia mendorong agar pemerintah Indonesia memperkuat moratorium pembukaan lahan hutan. Moratorium pembukaan lahan untuk sawit, misalnya, hanya tiga tahun. Padahal, industri sawit disorot karena merambah hutan dan kerap memicu konflik dengan masyarakat adat.

Selain itu, kata Anggalia, pemerintah harus mengevaluasi semua jenis perizinan, baik izin hutan, tambang, atau penanaman sawit. "Indonesia punya masalah dengan transparansi," katanya. Evaluasi ini termasuk membekukan konsesi hutan di Papua yang telah diberikan kepada sejumlah perusahaan.

Menurut Anggalia, hutan primer Papua masih cukup terjaga karena pemberian izin tersebut belum berlanjut pada pembukaan kawasan hutan. "Kalau betul-betul izinnya diaktifkan, kita tak bisa bayangkan bagaimana jadinya hutan Papua," ujarnya.

Baca juga: Sekjen PBB di COP 24: Tak Ada Waktu Menunda Persetujuan Paris

Indonesia memasang target bisa menurunkan emisi hingga 29 persen pada 2030 atau hingga 41 persen dengan bantuan internasional. Pemerintah pun telah mencanangkan kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) Indonesia sebesar 2,8 giga ton karbondioksida pada 2030. Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pada tahun ini penurunannya mencapai 0,8 giga ton.

Menurut Siti, penurunan tersebut salah satunya berkat laju deforestasi yang menurun. Pembukaan lahan sawit, misalnya, dimoratorium selama tiga tahun atas perintah Presiden Joko Widodo. Dalam strategi implementasi NDC yang ditetapkan pemerintah, target penurunan 29 persen tadi diharapkan datang dari lima sektor, yakni kehutanan (17,2 persen), energi (11 persen), pertanian (0,32 persen), industri (0,1 persen), dan limbah (0,38 persen).

Anggalia menambahkan, pengurangan emisi gas rumah kaca jangan hanya mengandalkan sektor kehutanan. "Kalau bahan bakar fosilnya tak dikurangi, emisinya tetap tinggi," ujarnya.

Simak kabar terbaru seputar Konferensi Perubahan Iklim COP 24 hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

12 hari lalu

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

Ford Foundation menilai Hari Bumi bisa menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya peran komunitas adat untuk alam.

Baca Selengkapnya

Rugikan Negara Rp 271 Triliun, Tambang Timah Ilegal di Bangka Belitung Bikin Hutan Tropis Hilang hingga Korban Jiwa

35 hari lalu

Rugikan Negara Rp 271 Triliun, Tambang Timah Ilegal di Bangka Belitung Bikin Hutan Tropis Hilang hingga Korban Jiwa

Hutan tropis seluas 460 ribu hektare hilang karena pertambangan timah dan perkebunan di Bangka Belitung periode 2018-2023.

Baca Selengkapnya

Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

38 hari lalu

Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

Sorbatua Siallagan gencar melawan upaya pencaplokan Toba Pulp Lestari. Ia dilaporkan karena menduduki kawasan hutan di area konsesi PT TPL.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

40 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

42 hari lalu

Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

Ombudsman meminta Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) hati-hati dalam pembebasan lahan warga di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

43 hari lalu

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

Dalam waktu dekat Presiden Jokowi bakal meresmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, setelah direkonstrasi usai terdampak Gempa Palu pada 2018.

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR hingga Amnesty International Soal Rencana Penggusuran Warga Pemaluan demi IKN

47 hari lalu

Reaksi DPR hingga Amnesty International Soal Rencana Penggusuran Warga Pemaluan demi IKN

Anggota DPR mengingatkan jangan sampai IKN membuat warga setempat jadi seperti masyarakat adat di negara lain yang terpinggirkan.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

47 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya

Pakar Sosiologi Unair Tekankan Dialog Hukum Adat dan Negara untuk Selesaikan Konflik Masyarakat Adat-IKN

47 hari lalu

Pakar Sosiologi Unair Tekankan Dialog Hukum Adat dan Negara untuk Selesaikan Konflik Masyarakat Adat-IKN

Dialog, komitmen, dan simpati dari pihak IKN terhadap masyarakat lokal dinilai belum terwujud.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR: Masyarakat Adat di IKN Jangan Diperlakukan seperti Aborigin di Australia

48 hari lalu

Anggota DPR: Masyarakat Adat di IKN Jangan Diperlakukan seperti Aborigin di Australia

Anggota DPR mengatakan bahwa jangan sampai IKN membuat warga setempat menjadi seperti masyarakat adat di negara-negara lain yang terpinggirkan.

Baca Selengkapnya